الحمد لله العزيز الغفور، الذي جعل في الإسلامِ الحنيفِ الهُدَي والنور، الذي
قال: (وما الحياةُ الدنيا إلا مَتَاعُ الغرور)، نحمده سبحانه وتعالي حَمْدَ
مَنْ نَظَرَ فَاعْتَبَر، وَكَفَّ عن المساويءِ وازْدَجَر، وعَلِمَ أن
الدُّنيا ليست بدار مَقَرّ. أشهد أن لا إله الله خلق الخلائق وأحكامَها،
وقدّر الأعمار وحدّدها، وهو باقٍ لا يفوت وهو حيّ لا يموت، وأشهد أن محمدا
عبدُه ورسولُه، أَمَرَ بتذكير الموتِ والفناء، والاستعدادِ ليوم البَعْث
والجزاء. اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله
الطيبين الطاهرين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.
Ass, Disaat perjalanan yg sedang macet dan hujan kecil mengguyur
sebagian kota jakarta, saya ingin menyampaikan
sebuah materi atau barangkali informasi yang mungkin agak jarang kita
dengar, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ruh setelah kita
meninggalkan dunia yang fana ini. Seperti apakah sebenarnya kondisi ruh
kita nanti? Jawabannya adalah Wallahu a’lam. Namun demikian, Allah SWT
memberikan sedikit gambaran dan penjelasan melalui Hadis-hadis
Rasulullah SAW.
Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا(85) “Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk
urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu
kecuali sedikit.”
Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu
sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini. Nah,
informasi yang sedikit inilah yang akan saya sharing ke rekan rekan.
Di antara informasi yang telah sampai kepada kita dari baginda Rasulullah SAW berkaitan dengan ruh ini, di antaranya adalah:
1. Ruh orang beriman seperti burung terbang berwarna kehijauan, tinggal
di dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya yang terbuat dari bahan seperti
emas di bawah ‘Arasyi. Nabi SAW bersabda tentang para syuhada yang
gugur dalam perang Uhud:
(جعل الله أرواحهم فى أجوافِ طيرٍ خضرٍ تَرِدُ أنهارَ الجنةِ وتأكل ثمارَها
وَتَأْوِيْ إلى قناديل من ذهب في ظلال العرش) “Allah menjadikan ruh
mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan.
Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan
tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.”
(Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)
Bila seorang mukmin melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia
kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam
untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis
Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab
Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
(سألت أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى
بعضنا بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ
طيرا تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling
mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang
lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi
seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai
jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya
masing-masing.”
(HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang
menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya.
Nabi SAW bersabda:
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم) “Tidak
seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya
(untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga
dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah
dalam kitab Al-Qubûr).
5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan perbuatan
orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan
dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira
atas amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:
1. )إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا
استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan
keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik,
maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu,
maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai
Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan
hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
2. (تعرض الأعمال يوم الإثنين ويوم الخميس على الله، وتعرض على الأنبياء
وعلى الآباء والأمهات يوم الجمعة فيفرحون بحسناتهم وتزداد وجوههم بياضا
وإشراقا فاتقوا الله ولا تؤذوا أمواتكم) “Seluruh amal perbuatan
dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan
kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan
perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah
bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah
kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR.
Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturuanan mereka yang shaleh.
)وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ
مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ( “Dan orang-orang beriman
yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan
mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal
mereka sedikitpun. Setiap orang terkait denga apa yang telah dia
kerjakan.” (At-Thur: 21) 7. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT
bagaikan melihat bulan purnama.
(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى
رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ
الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ
فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي
سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ
فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ
أَحَدِهِمَا) رواه البخاري ومسلم.
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, “Wahai
rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat?
Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala melihat matahari di
sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Rasulullah
kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam
purnama yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Raulullah SAW
melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak
ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari
atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ma’asyiral mukminin rahimakumullah…
Dari penjelasan beberapa dalil yang telah kita sebutkan tadi, ada
beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya adalah pendapat
Ibnul Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang
menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam
tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus
dengan jasadnya.
Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya.
Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang
bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan
jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan
detail-detailnya.
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah
berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar