Jumat, 30 Oktober 2015

ANALISIS PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI PADA KANTOR PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN WAJO



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan sekumpulan manusia yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (modal, perlengkapan, dan sebagainya). Manusia merupakan sumber daya yang penting bagi organisasi, karena manusia yang melakukan kerjasama, manusia yang menyusun tujuan, manusia pula yang bekerja untuk mencapai tujuan tersebut.
Demikian juga dalam organisasi Pemerintah Republik Indonesia, kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional yang merupakan tujuan organisasi memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kinerja yang baik. Setiap Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam mengemban tugas sebagai aparatur negara maka setiap Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dimana prinsip pengangkatan dalam jabatan tersebut harus profesional sesuai kompetensi dan kode etik, prestasi kerja, jenjang pangkat dan syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan golongan.
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 telah menetapkan beberapa perubahan dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil. Perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah harus memiliki Sumber Daya Manusia Pegawai Negeri Sipil (SDM-PNS) yang memenuhi persyaratan baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional.
Selain dijabarkan dalam Undang-Undang No. 43 tahun 1999, hal ini juga dijabarkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah yaitu PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang merupakan pengganti PP No. 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang dianggap belum cukup memberikan pedoman yang menyeluruh dalam penyusunan dan pengendalian perangkat organisasi daerah yang dapat menangani seluruh urusan pemerintahan sehingga perlu dicabut dan dibentuk peraturan pemerintahan yang baru.
Sumber Daya Manusia sebagai salah satu unsur aparatur negara yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pencapaian pembangunan nasional. Kesuksesan pembangunan nasional tidak terlepas dari kualitas dan kemampuan sumber daya manusia, aparatur sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Hal tersebut pada hakekatnya merupakan cerminan dari hasil pembinaan sumber daya manusia secara menyeluruh dalam kurun waktu tertentu.
Belum optimalnya profesionalisme pegawai pemadam kebakaran merupakan suatu fenomena sikap dan perilaku kerja yang tidak berdiri sendiri, karena terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme karyawan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi profesionalisme karyawan antara lain : kebijakan, kepemimpinan, motivasi kerja, kemampuan pegawai, armada, dan tingkat penghasilan pegawai
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi profesionalisme pegawai antara lain :
kondisi jalan yang ditempuh dan tuntutan masyarakat. Dalam konteks keterpengaruhan atau korelasi diantara berbagai faktor tersebut, terdapat sejumlah faktor yang berproses sebagai faktor antecedent (yang mendahului) dan ada sejumlah faKtor yang berproses sebagai konsekuensi. Keterpengaruhan dan atau korelasi yang demikian itu dapat diartikan sebagai proses hubungan situasional, hubungan kondisional dan hubungan fungsional yang membentuk mekanisme kerja pegawai.
Oleh sebab itu penulis merasa penting dan tertarik untuk meneliti serta menganalisis permasalahan tersebut melalui proposal penelitian ini, dengan judul “ANALISIS PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI PADA KANTOR PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN WAJO





B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Seberapa baik profesionalisme kerja pegawai pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.

C.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini pada hakekatnya diharapkan mencapai tujuan meneliti seberapa tingkat profesionalisme pegawai pada kantor pemadam kebakaran.

D.      Manfaat Penelititan
1.    Manfaat Teoritis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis yaitu bagi perkembangan ilmu administrasi Negara khususnya pada bidang manajemen Sumber Daya Alam (SDM), khususnya profesionalisme pegawai pemadam kebakaran kabupaten wajo. Melalui pendekatan-pendekatan serta metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek profesionalisme pegawai pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.




2.    Manfaat praktis
a.         Sebagai evaluasi tentang profesionalisme kerja pegawai terutama profesionalisme kerja pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.
b.         Sebagai bahan masukan dalam merumuskan kebijakan peningkatan profesionalisme kerja pegawai dalam upaya meningkatkan profesionalisme kerja dalam pelaksanaan otonomi daerah dan upaya peningkatan profesionalisme kerja dimasa-masa yang akan datang.
c.         Bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang mengambil bahan kajian yang sama tentang profesionalisme kerja pegawai pada institusi lainnya.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Landasan Teori
Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena di dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen. Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral.
Sebelum membahas sikap profesional, ada baiknya diketahui terlebih dahulu makna profesional dan profesionalisme, dan akhirnya baru akan tercapai tindakan profesional. Profesional artinya ahli dalam bidangnya, jika seseorang manajer mengaku sebagai seorang yang profesional maka ia harus mampu menunjukkan bahwa dia ahli dalam bidangnya. Harus mampu menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaannya. Berbicara menegnai profesionalisme mencerminkan seseorang terhadap profesinya secara sederhana, profesionalisme yang diartikan prilaku, cara, dan kualitas yang menjadi suatu profesi. Seseorang yang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo, 2000 : 264 - 265).
Istilah profesional itu berlaku untuk semua aparat mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan (fitness), antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bereaucratic – compotence) dengan kebutuhan tugas (task – reguerement), terpenuhi kecocokkan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi (Kurniawan,  2005 : 74).
Untuk menciptakan kadar profesionalitas dalam misi institusi persyaratan dasarnya adalah tersedianya sumber daya manusia yang andal, pekerjaan yang terprogram dengan baik, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan program tersebut serta adanya dukungan dana yang memadai dan fasilitas yang memadai dan fasilitas yang mendukung.
Tuntutan atas profesionalisme, sebagai suatu faham dan konsep idealisme profesional, sering dijadikan tuntutan terhadap keberadaan pegawai di lingkungan birokrasi pemerintahan. Namun pemahaman akan profesionalisme itu sendiri masih belum jelas dan belum ada standar penilaiannya. Sebutan “Profesionalisme” itu sendiri berasal dari kata “profesi”. Jadi, berbicara tentang profesionalisme tentu mengacu pada pengertian profesi, sebagai suatu bidang pekerjaan. Dalam hal profesi tiy, Mc Cully (1969) (dalam Rusyan, 1990 : 4) mengatakan sebagai : Vocation an which professional knowledge of some department a learning science is used in its application to the other or in the practice of an art found it (Panggilan pengetahuan profesional yang beberapa departemen ilmu pembelajaran digunakan dalam penerapannya pada yang lain atau dalam praktek seni menemukannya).
Dari pengertian itu dapat disarikan bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat professional dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain. Faktor penting dalam hal ini adalah intelektualitas yang di dalamnya tercakup satu atau beberapa keahlian kerja yang dianggap mampu menjamin proses pekerjaan dan hasil kerja yang professional, atau tercapainya nilai-nilai tertentu yang dianggap ideal menurut pihak yang menikmatinya.
Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar kerja yang diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan faktor pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas.
Sementara itu Philips (1991:43) memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
Menurut Siagian (2009:163) profesionalisme adalah, “Keandalan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan.
Sedarmayanti (2004:157) mengungkapkan bahwa, “Profesionalisme adalah suatu sikap atau keadaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan memerlukan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan tertentu dan dilakukan sebagai suatu pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan.
Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74), menyatakan bahwa, “Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan (competensi), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan waktu.
Profesionalisme menurut Dwiyanto (2011:157) adalah, “Paham atau keyakinan bahwa sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan selalu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai profesi aparatur yang mengutamakan kepentingan publik.
Profesionalisme aparatur dalam hubungannya dengan organisasi publik menurut Kurniawan (2005:79) digambarkan sebagai, “Bentuk kemampuan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, memprioritaskan pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat atau disebut dengan istilah resposivitas.
Menurut imawan (1997 : 77)  profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang sesuai dengan standar teknis atau etika sebuah profesi. Aktivitas kerja itu lazim berhubungan dengan penghasilan dalam bentuk uang.
Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya ter­dapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).
Demikian juga dengan apa yang dikatakan oleh Korten & Alfonso (1981) dalam Tjokrowinoto (1996:178) yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan tugas (task-requirement), merencanakan, mengkordinasikan, dan melaksanakan fungsinya secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi
Apa yang di kemukakan Oemar Hamalik (2000 : 7 – 8) dapat menambah pemahaman mengenai profesionlisme kerja pegawai atau tenaga kerja. Ia mengemukakan bahwa tenaga  kerja pada hakikatnya mengandung aspek-aspek:
1.    Aspek potensial, bahwa tenaga kerja memiliki potensi-potensi heriditer yang bersifat dinamis, yang terus berkembang dan dapat di kembangkan. Potensi-potensi itu antara lain : daya mengingat, daya berpikir, daya berkehendak, daya perasaan, bakat, minat, motivasi dan potensi-potensi lainnya.
2.    Aspek profesionalisme atau vakasional, bahwa setiap tenga kerja memiliki kemampuan dan keterampilan kerja atau kejuruan dalam bidang tertentu, dengan kemampuan dan keterampilan itu, dia dapat mengabdikan dirinya dalam lapangan kerja tertentu dan menciptakan hasil yang baik secara optimal.
3.    Aspek fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya secara tepat guna, artinya dia bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam bidang yang sesuai pula, misalnya seorang tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang elektronik seyogianya bekerja dalam bidang pekerjaan elektronik, bukan bekerja sebagai tukang kayu untuk bangunan.
4.    Aspek operasianal, bahwa setiap tenaga kerja dapat mendayagunakan kemapuan dan keterampilannya dalam proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja yang sedang di tekuninya.
5.    Aspek personal, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki sifat-sifat kepribadian yang menunjang pekerjaannya, misalnya sikap mandiri dan tangguh, bertanggung jawab, tekun dan rajin, mencintai pekerjaannya, disiplin dan berdedikasi tinggi.
6.    Aspek produktifitas, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki motif berprestasi, berupaya agar berhasil dan memberikan hasill dari pekerjaannya, baik kuantitas maupun kualitas.

B.       Kerangka Pikir
Analisis profesionalisme kerja pegawai pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo, ditentukan oleh implementasi dimensi-dimensinya menurut Mertin Jr, yaitu :

1.    Equality
Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberikan pelayanan yang berkualitas kepada semua pihak tanpa memandang afialiasi politik, status sosial dan sebagainya.
2.    Equity
Perlakuan yang sama pada masyarakat tidak cukup, selain itu juga perlakuan yang adil. Untuk masyarakat yang prulalistik kadang-kadang diperlukan perlakuan adil dan perlakuan yang sama.
3.    Loyalty
Kesetiaan pada konstitusi hukum, pimpnan, bawahan, dan rekan kerja. Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada kesetiaan yang mutlak di berikan kepada satu jenis kesetian tertentu dengan mengabaikan lainnya.
4.    Accountability
Setiap aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab atas apapun yang ia kerjakan.



Untuk lebih jelasnya penulis akan memberikan gambaran mengenai kerangka yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :




C.      Hipotesis Penelitian
Untuk mengetahui seberapa baik profesionalisme pegawai pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo, minimal 85% dari nilai yang diharapkan.







BAB III
METODE PENELITIAN
A.      Lokasi dan Waktu Penelitian
1.    Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap profesionalisme kerja pegawai pada kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Wajo. Lokasi ini dipilih karena relevan dengan permasalahan yang diteliti juga, lokasi tersebut adalah merupakan tempat kerja dari peneliti itu sendiri. Hal ini tentu saja dapat mengatasi beberapa hambatan penelitian, apabila dilakukan pada lokasi lain maka peneliti akan mengalami pembatasan seperti keterbatasan waktu, data, dan dana. Objek penelitiannya adalah Pegawai Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Wajo.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Juli Sampai oktober 2014 sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.

B.       Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif, kuantitatif, induktif yang didasarkan pada analisa persentase, artinya penelitiian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang apa yang diteliti yakni deskripsi tentang profesionalisme pegawai pemadam kebakaran kabupaten wajo, untuk memberikan deskripsi atau gambaran umum tersebut, peneliti mendasarkan asumsi pada kualitas data yakni dalam bentuk nilai persentase.
Menurut efendi (1995:3), penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data yang pokok”.

C.       Variabel dan Defenisi Operasional
1.    Variabel Penelitian
Berdasarkan judul dan masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini sesungguhnya menggunakan jenis variabel mandiri yang dimana variabelnya adalah profesionalisme.
2.    Defenisi Operasional.
Untuk mendapatkan kesamaan pandangan dan kesatuan persepsi tentang beberapa pokok pengertian yang terkandung pada judul tulisan, maka berikut ini di kemukakan definisi operasional.
Masri.S (2003:46-47) memberikan pengertian pengertian tentang definisi operasional, operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan cara mengukur suatu variabel. Berikut defenisi operasional dalam penilitian ini yaitu profesionalisme.
Profesionalisme adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional.


D.      Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Berdasarkan dengan penelitian ini maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah pegawai kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo yang berjumlah 55 (Lima Puluh Lima) orang pegawai, dengan rincian 15 (Lima Belas) orang PNS dan 40 (Empat Puluh) orang non PNS.
2.    Sampel
Selanjutnya, Ridwan (2007:56) mengatakan “sampel adalah bagian dari populasi”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sukardi (2004:55) mengatakan “Untuk pnelitian sosial, pendidikan, ekonomi dan politik yang berkaitan dengan masyarakat yang mempunyai karakteristik heterogen, pengambilan sampel disamping syarat tentang besarnya sampel, juga harus memenuhi syarat representatifveness (keterwakilan) atau mewakili semua komponen.
Memperhatikan pertanyaan tersebut, karena jumlah populasi berjumlah 55 (Lima Puluh Lima) orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan teknik penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin dalam Ridwan (2007:65) sebagai berikut:





Dimana :
n = jumlah sampel
N = total populasi
d = persepsi (0,05)
1 = angka konstanta

Berdasarkan rumus tersebut di peroleh jumlah sampel sebagai berikut :
                            

               
= 48,35 Responden
= 48 Responden

E.       Istrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2006:119) pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan Instrumen penelitian. Jadi Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian. Jumlah Instrument penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Selanjutnya, Menurut Sugiyono (2006:120), Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang administrasi yang sudah sulit ditemukan. Untuk itu maka penelitian harus mampu membuat Instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian tersebut diberikan defenisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

F.        Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, ditempuh beberapa teknik pengumpulan data, antara lain.
1.    Observasi
Observasi dimaksudkan sebagai aktifitas yang dilakukan dengan mengamati secara langsung objek penelitian.
Teknik pengamatan yang digunakan adalah pengamatan terlibat, dimana pengamat berperang sebagai bagian dari populasi yang ada dikantor tersebut. Dalam pengamatan terlibat pengamat berinteraksi langsung dengan populasi.
2.    Kuesioner atau Angket
Yaitu teknik pengumpulan data dilakukan melalui daftar pertanyaan kepada responden dan pertanyaan tersebut dijawab atau diisi sendiri oleh responden yang telah dijadikan sampel.
Kuesioner yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh data adalah kuesioner dalam bentuk checklist, dimana responden tinggal memberikan data check (√) pada tempat yang telah disediakan. Dalam penelitian ini, penulis menyebar kuesioner sesuai dengan jumlah sampel. Setiap soal disediakan 5 (Lima) jawaban dengan skor masing-masing :
Jawaban A dengan skor 5
Jawaban B dengan skor 4
Jawaban C dengan skor 3
Jawaban D dengan skor 2
Jawaban E dengan skor 1
Metode pengumpulan data ini, penulis gunakan untuk mendapatkan data primer tentang Profesionalisme Kerja Pegawai Pada Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Wajo.
3.    Dokumentasi
Dokumentasi dimaksudkan sebagai data informasi yang sifatnya telah tersimpan dalam bentuk surat-surat berharga atau dokumen.
Dokumen dalam hal ini dijadikan sebagai data pelengkap terhadap data yang diperoleh melalui tehnik penelitian yang lain. Dalam artian dokumen bersifat sebagai data sekunder.




G.      Tehnik Analisa Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu mengumpulkan data yang berisi uraian, paparan tentang suatu objek sesuai dengan kriteria.
Serta hal-hal yang diperlukan dalam pendataan dan penyajian. Metode penelitian analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (istijanto, 2005:90)
Menurut supranto (2003:403), metode ini dapat digunakan dengan menggunakan rumus persentase.                  
                               


Keterangan :
n = Skor yang diperoleh
N = Skor ideal
% = Persentase

Penulis dapat mengelola data secara sistematis, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Untuk pengujian hipotesis tersebut, digunakan t-test suatu sampel dengan rumus sebagai berikut :


Dimana :
t = nilai t yang dihitung
x- = nilai rata-rata
µₒ = nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku
n = jumlah sampel

Untuk menggunkan rumus diatas terlebih dahulu dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a)         Skor ideal = (setiap pertanyaan x jumlah item x jumlah responden, skor tertinggi = 5).
b)        Nilai yang dihipotesiskan (µₒ) = (persentase x skor ideal rata-rata)
c)         Nilai rata-rata skor ideal = jumlah skor ideal dibagi jumlah sampel.
d)        Nilai rata-rata skor yang diperoleh = jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah sampel.
e)         Nilai simpangan baku item pertanyaan setiap variabel (dihitung)




DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Dwiyanto. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Effendi. 1995. Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Hamalik, Oemar. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia – Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Imawan. 1997. Membedah Politik Orde Baru. Yogyakarta: Pustakan Pelajar.

Istijanto. 2005. Riset Sdm : Cara Praktis Mengukur Stress. Jakarta: PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA.

J. Supranto. 2003. Metode Penelitian Hukum Statistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Korten & Alfonso. 1981. Getting to The 21 Century; Voluntary Action and Global  Agenda. USA: Kumarian Press.

Kurniawan, Agung. 2005. Atmosoeprapt : Transformasi pelayanan publik. Yogyakarta : PEMBARUAN.

Longman. 1987. Tropikal Forestand Its Environment. London: Longman Group Limited.
Masri.S. 2003. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Gramedia.

Oerip, Uetomo. 2000. Mengunggah mentalis profesional dan pengusaha. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Phillips, J.J. 1991. Handbook of training evaluation and measurement methods. Houson: Gulf Publishing Company.

Ridwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sedarmayanti. 2004. Good Governance ( Kepemerintahan yang baik ) 2: Kepemerintahan yang Baik, Memb Sistem Manajemen Kinerja Guna Menigktkan Produktiv. Bandung: Mandar Maju.

Siagian, Sondang P. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soedijarto. 1990. Sebuah Pemikiran Tentang Kurikulum yang relevan untuk menunjang Pembangunan Menuju Tinggal Landas. Jakarta : Grasindo.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.



Lampiran 1
PENGANTAR KUESIONER    
                            Kepada
                                                         Yth. Bapak/ibu/saudara(i)
  Pegawai Pemadam Kebakaran
              Kabupaten Wajo.
                     Di
                                           Tempat.
Dengan hormat,
Dalam rangka penelitian tentang “ANALISIS PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN WAJO”, dengan ini saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara(i) sebagai responden dalam penelitian ini (angket terlampir).
Saya mohon angket ini diisi oleh Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk menjawab seluruh pernyataan yang telah disediakan. Sehubungan dengan hal tesebut jawaban responden diharapkan obyektif dan realistis, agar hasil penelitian ini valid dan realibel.
Jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan tidak akan mempengaruhi status dan jawaban responden.
Penelitian ini dimaksudkan sebagai umpan balik bagi studi Manajemen Sumber Daya Manusia pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.
Demikian dengan pengantar ini, dan atas perhatian serta bantuannya diucapkan terima kasih.
Sengkang,     November 2014
                                                                               Hormat saya,

                    
                                                                                MUHAMMAD NUR
Lampiran 2
Petunjuk pengisian kuesioner
1.    Dimohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk membaca dengan cermat butir-butir pernyataan yang terdapat pada lembaran berikut ini, kemudian pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara(i) paling tepat atau sesuai dengan yang anda alami atau ketahuil, dan Bapak/Ibu/Saudara(i) yakini dengan memberikan check list (√) pada salah satu kolom yang disediakan.
2.    Instrumen ini semata-mata untuk tujuan penelitian, sehingga Bapak/Ibu/Saudara(i) tidak perlu mencantumkan nama maupun identitas lainnya.
3.    Apapun jawaban Bapak/Ibu/Saudara(i) akan dijamin kerahasiaanya.
4.    Apapun jawaban Bapak/Ibu/Saudara(i) akan membantu kami dalam upaya untuk lebih meningkatkan perencanaan profesionalisme kerja pegawai.
5.    Apabila Bapak/Ibu/Saudara(i) ingin mengubah pilihan anda tandai, maka berilah tanda silang (X) pada pilihan semula, dan kemudian berilah check list (√) pada pilihan baru.

Sengkang,    November 2014
                                                                                      Hormat saya



                                                                                        MUHAMMAD NUR
Pertanyaaan Kuesioner
v Check listlah (√) pada alternatif jawaban yang anda anggap paling sesuai.
v Alternatif jawaban, 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup baik, 2 = kurang baik, 1 = sangat tidak baik.
PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN
1
2
3
4
5

Dimensi Equality

1
Kesadaran pegawai untuk bekerja sama dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahannya.






2
Adanya kemauan pegawai untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.






3
Adanya kemauan pegawai untuk memberi, menerima kritik dan saran dari orang lain.






4
Tindakan pegawai apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.






Dimensi Equity
5
Pengembangan pegawai agar dapat beradaptasi dengan cepat dalam bekerja.





6
Pengembangan pegawai agar dapat melaksanakan ketelitian dalam bekerja.






7
Pengembangan pegawai agar dapat melaksanakan keterampilan dalam bekerja.





8
Pengembangan pegawai agar dapat bersikap adil.







Dimensi Loyalty
9
Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi.





10
Kepatuhan pegawai terhadap instruksi yang datang dari atasan.





11
Pegawai bekerja sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.





12
Pegawai memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.





13
Penggunaan dan pemeliharaan peralatan oleh pegawai.






Dimensi Accountability

14
Kesanggupan pegawai dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam bekerja.





15
Kemampuan pegawai menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.






16
Pegawai melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan sebaik-baiknya.






17
Pegawai mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri.