BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Organisasi
merupakan sekumpulan manusia yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (modal,
perlengkapan, dan sebagainya). Manusia merupakan sumber daya yang penting bagi
organisasi, karena manusia yang melakukan kerjasama, manusia yang menyusun
tujuan, manusia pula yang bekerja untuk mencapai tujuan tersebut.
Demikian juga
dalam organisasi Pemerintah Republik Indonesia, kelancaran penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan nasional yang merupakan tujuan organisasi
memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kinerja yang baik. Setiap Pegawai
Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan
merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam
mengemban tugas sebagai aparatur negara maka setiap Pegawai Negeri Sipil
diangkat dalam jabatan dimana prinsip pengangkatan dalam jabatan tersebut harus
profesional sesuai kompetensi dan kode etik, prestasi kerja, jenjang pangkat
dan syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras
dan golongan.
Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 telah menetapkan beberapa perubahan dalam manajemen Pegawai
Negeri Sipil. Perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap organisasi
pemerintah baik pusat maupun daerah harus memiliki Sumber Daya Manusia Pegawai
Negeri Sipil (SDM-PNS) yang memenuhi persyaratan baik secara kuantitas maupun
kualitas, sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional.
Selain
dijabarkan dalam Undang-Undang No. 43 tahun 1999, hal ini juga dijabarkan dalam
bentuk Peraturan Pemerintah yaitu PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah yang merupakan pengganti PP No. 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah yang dianggap belum cukup memberikan pedoman yang menyeluruh
dalam penyusunan dan pengendalian perangkat organisasi daerah yang dapat
menangani seluruh urusan pemerintahan sehingga perlu dicabut dan dibentuk peraturan
pemerintahan yang baru.
Sumber Daya
Manusia sebagai salah satu unsur aparatur negara yang mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam pencapaian pembangunan nasional. Kesuksesan pembangunan nasional
tidak terlepas dari kualitas dan kemampuan sumber daya manusia, aparatur
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan. Hal tersebut pada hakekatnya merupakan cerminan dari
hasil pembinaan sumber daya manusia secara menyeluruh dalam kurun waktu
tertentu.
Belum optimalnya
profesionalisme pegawai pemadam kebakaran merupakan suatu fenomena sikap dan
perilaku kerja yang tidak berdiri sendiri, karena terdapat sejumlah faktor yang
mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme karyawan pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni faktor-faktor internal dan
faktor-faktor eksternal.
Faktor-faktor
internal yang mempengaruhi profesionalisme karyawan antara lain : kebijakan,
kepemimpinan, motivasi kerja, kemampuan pegawai, armada, dan tingkat penghasilan
pegawai
Faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi profesionalisme pegawai antara lain :
kondisi jalan
yang ditempuh dan tuntutan masyarakat. Dalam konteks keterpengaruhan atau
korelasi diantara berbagai faktor tersebut, terdapat sejumlah faktor yang
berproses sebagai faktor antecedent (yang mendahului) dan ada sejumlah faKtor
yang berproses sebagai konsekuensi. Keterpengaruhan dan atau korelasi yang
demikian itu dapat diartikan sebagai proses hubungan situasional, hubungan
kondisional dan hubungan fungsional yang membentuk mekanisme kerja pegawai.
Oleh sebab itu
penulis merasa penting dan tertarik untuk meneliti serta menganalisis
permasalahan tersebut melalui proposal penelitian ini, dengan judul “ANALISIS PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI PADA
KANTOR PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN WAJO”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Seberapa baik
profesionalisme kerja pegawai pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini pada hakekatnya diharapkan mencapai tujuan meneliti seberapa tingkat
profesionalisme pegawai pada kantor pemadam kebakaran.
D.
Manfaat
Penelititan
1. Manfaat
Teoritis
penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis yaitu bagi
perkembangan ilmu administrasi Negara khususnya pada bidang manajemen Sumber
Daya Alam (SDM), khususnya profesionalisme pegawai pemadam kebakaran kabupaten
wajo. Melalui pendekatan-pendekatan serta metode yang digunakan terutama dalam
upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek profesionalisme pegawai
pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.
2. Manfaat
praktis
a.
Sebagai evaluasi
tentang profesionalisme kerja pegawai terutama profesionalisme kerja pada
kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.
b.
Sebagai bahan masukan
dalam merumuskan kebijakan peningkatan profesionalisme kerja pegawai dalam
upaya meningkatkan profesionalisme kerja dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
upaya peningkatan profesionalisme kerja dimasa-masa yang akan datang.
c.
Bahan informasi bagi
peneliti selanjutnya yang mengambil bahan kajian yang sama tentang
profesionalisme kerja pegawai pada institusi lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan
Teori
Dalam
bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena di
dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam
mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta
sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen.
Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter
yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral.
Sebelum
membahas sikap profesional, ada baiknya diketahui terlebih dahulu makna
profesional dan profesionalisme, dan akhirnya baru akan tercapai tindakan
profesional. Profesional artinya ahli dalam bidangnya, jika seseorang manajer
mengaku sebagai seorang yang profesional maka ia harus mampu menunjukkan bahwa
dia ahli dalam bidangnya. Harus mampu menunjukkan kualitas yang tinggi dalam
pekerjaannya. Berbicara menegnai
profesionalisme mencerminkan seseorang terhadap profesinya secara sederhana,
profesionalisme yang diartikan prilaku, cara, dan kualitas yang menjadi suatu
profesi. Seseorang yang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki
ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo, 2000 : 264
- 265).
Istilah
profesional itu berlaku untuk semua aparat mulai dari tingkat atas sampai
tingkat bawah. Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan
masing-masing. Profesionalisme menyangkut
kecocokan (fitness), antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bereaucratic
– compotence) dengan kebutuhan tugas (task – reguerement), terpenuhi kecocokkan
antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur
yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan
tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi (Kurniawan, 2005 : 74).
Untuk
menciptakan kadar profesionalitas dalam misi institusi persyaratan dasarnya
adalah tersedianya sumber daya manusia yang andal, pekerjaan yang terprogram dengan
baik, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan program tersebut serta adanya
dukungan dana yang memadai dan fasilitas yang memadai dan fasilitas yang
mendukung.
Tuntutan
atas profesionalisme, sebagai suatu faham dan konsep idealisme profesional, sering
dijadikan tuntutan terhadap keberadaan pegawai di lingkungan birokrasi
pemerintahan. Namun pemahaman akan profesionalisme itu sendiri masih belum
jelas dan belum ada standar penilaiannya. Sebutan “Profesionalisme” itu sendiri
berasal dari kata “profesi”. Jadi, berbicara tentang profesionalisme tentu
mengacu pada pengertian profesi, sebagai suatu bidang pekerjaan. Dalam hal
profesi tiy, Mc Cully (1969) (dalam Rusyan, 1990 : 4) mengatakan sebagai : Vocation
an which professional knowledge of some department a learning science is used
in its application to the other or in the practice of an art found it (Panggilan
pengetahuan profesional yang beberapa departemen ilmu
pembelajaran digunakan dalam penerapannya pada yang lain atau dalam praktek seni menemukannya).
Dari
pengertian itu dapat disarikan bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat
professional dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan
intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung
dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain. Faktor penting dalam hal ini
adalah intelektualitas yang di dalamnya tercakup satu atau beberapa keahlian
kerja yang dianggap mampu menjamin proses pekerjaan dan hasil kerja yang
professional, atau tercapainya nilai-nilai tertentu yang dianggap ideal menurut
pihak yang menikmatinya.
Soedijarto
(1990:57) mendefinisikan profesionalisme
sebagai perangkat atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas
agar sesuai dengan standar kerja yang diinginkan. Dari pendapat ini,
sebutan standar kerja merupakan faktor pengukuran atas bekerjanya seorang atau
kelompok orang dalam melaksanakan tugas.
Sementara
itu Philips (1991:43) memberikan definisi
profesionalisme sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan
etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
Menurut
Siagian (2009:163) profesionalisme adalah, “Keandalan
dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi,
waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti
oleh pelanggan.”
Sedarmayanti (2004:157)
mengungkapkan bahwa, “Profesionalisme
adalah suatu sikap atau keadaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan memerlukan
keahlian melalui pendidikan dan pelatihan tertentu dan dilakukan sebagai suatu
pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan.”
Atmosoeprapto dalam Kurniawan
(2005:74), menyatakan bahwa, “Profesionalisme
merupakan cermin dari kemampuan (competensi), yaitu memiliki pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan
pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui
perjalanan waktu.”
Profesionalisme menurut Dwiyanto
(2011:157) adalah, “Paham atau keyakinan
bahwa sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan
dan pelayanan selalu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan nilai-nilai profesi
aparatur yang mengutamakan kepentingan publik.”
Profesionalisme aparatur dalam
hubungannya dengan organisasi publik menurut Kurniawan (2005:79) digambarkan
sebagai, “Bentuk kemampuan untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, memprioritaskan pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat atau disebut dengan istilah resposivitas.”
Menurut
imawan (1997 : 77) profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang
sesuai dengan standar teknis atau etika sebuah profesi. Aktivitas kerja itu
lazim berhubungan dengan penghasilan dalam bentuk uang.
Profesionalisme
(profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan
sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau
dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion
yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme
adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional
(Longman, 1987).
Demikian
juga dengan apa yang dikatakan oleh Korten & Alfonso (1981) dalam
Tjokrowinoto (1996:178) yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “kecocokan (fitness) antara kemampuan yang
dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan tugas
(task-requirement), merencanakan, mengkordinasikan, dan melaksanakan fungsinya
secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi”
Apa
yang di kemukakan Oemar Hamalik (2000 : 7 – 8) dapat menambah pemahaman
mengenai profesionlisme kerja pegawai atau tenaga kerja. Ia mengemukakan bahwa
tenaga kerja pada hakikatnya mengandung
aspek-aspek:
1. Aspek
potensial, bahwa tenaga kerja memiliki potensi-potensi heriditer yang bersifat
dinamis, yang terus berkembang dan dapat di kembangkan. Potensi-potensi itu
antara lain : daya mengingat, daya berpikir, daya berkehendak, daya perasaan,
bakat, minat, motivasi dan potensi-potensi lainnya.
2. Aspek
profesionalisme atau vakasional, bahwa setiap tenga kerja memiliki kemampuan
dan keterampilan kerja atau kejuruan dalam bidang tertentu, dengan kemampuan
dan keterampilan itu, dia dapat mengabdikan dirinya dalam lapangan kerja tertentu
dan menciptakan hasil yang baik secara optimal.
3. Aspek
fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya secara tepat
guna, artinya dia bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam bidang yang
sesuai pula, misalnya seorang tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam
bidang elektronik seyogianya bekerja dalam bidang pekerjaan elektronik, bukan
bekerja sebagai tukang kayu untuk bangunan.
4. Aspek
operasianal, bahwa setiap tenaga kerja dapat mendayagunakan kemapuan dan
keterampilannya dalam proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja yang
sedang di tekuninya.
5. Aspek
personal, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki sifat-sifat kepribadian yang
menunjang pekerjaannya, misalnya sikap mandiri dan tangguh, bertanggung jawab,
tekun dan rajin, mencintai pekerjaannya, disiplin dan berdedikasi tinggi.
6. Aspek
produktifitas, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki motif berprestasi,
berupaya agar berhasil dan memberikan hasill dari pekerjaannya, baik kuantitas
maupun kualitas.
B.
Kerangka
Pikir
Analisis
profesionalisme kerja pegawai pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo,
ditentukan oleh implementasi dimensi-dimensinya menurut Mertin Jr, yaitu :
1.
Equality
Perlakuan
yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe perilaku birokrasi
rasional yang secara konsisten memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
semua pihak tanpa memandang afialiasi politik, status sosial dan sebagainya.
2.
Equity
Perlakuan
yang sama pada masyarakat tidak cukup, selain itu juga perlakuan yang adil.
Untuk masyarakat yang prulalistik kadang-kadang diperlukan perlakuan adil dan
perlakuan yang sama.
3.
Loyalty
Kesetiaan
pada konstitusi hukum, pimpnan, bawahan, dan rekan kerja. Berbagai jenis
kesetiaan tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada kesetiaan yang mutlak
di berikan kepada satu jenis kesetian tertentu dengan mengabaikan lainnya.
4.
Accountability
Setiap
aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab atas apapun yang ia
kerjakan.
Untuk
lebih jelasnya penulis akan memberikan gambaran mengenai kerangka yang akan
dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :
C.
Hipotesis
Penelitian
Untuk
mengetahui seberapa baik profesionalisme pegawai pada kantor pemadam kebakaran
kabupaten wajo, minimal 85% dari nilai yang diharapkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
penelitian
Penelitian
ini dilakukan terhadap profesionalisme kerja pegawai pada kantor Pemadam
Kebakaran Kabupaten Wajo. Lokasi ini dipilih karena relevan dengan permasalahan
yang diteliti juga, lokasi tersebut adalah merupakan tempat kerja dari peneliti
itu sendiri. Hal ini tentu saja dapat mengatasi beberapa hambatan penelitian,
apabila dilakukan pada lokasi lain maka peneliti akan mengalami pembatasan
seperti keterbatasan waktu, data, dan dana. Objek penelitiannya adalah Pegawai
Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Wajo.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Juli Sampai oktober 2014
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.
B.
Jenis
Penelitian
Penelitian
ini termasuk jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif, kuantitatif,
induktif yang didasarkan pada analisa persentase, artinya penelitiian ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang apa yang diteliti yakni
deskripsi tentang profesionalisme pegawai pemadam kebakaran kabupaten wajo,
untuk memberikan deskripsi atau gambaran umum tersebut, peneliti mendasarkan
asumsi pada kualitas data yakni dalam bentuk nilai persentase.
Menurut
efendi (1995:3), penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel
dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data yang
pokok”.
C.
Variabel
dan Defenisi Operasional
1. Variabel
Penelitian
Berdasarkan
judul dan masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini sesungguhnya
menggunakan jenis variabel mandiri yang dimana variabelnya adalah
profesionalisme.
2. Defenisi
Operasional.
Untuk
mendapatkan kesamaan pandangan dan kesatuan persepsi tentang beberapa pokok
pengertian yang terkandung pada judul tulisan, maka berikut ini di kemukakan
definisi operasional.
Masri.S
(2003:46-47) memberikan pengertian pengertian tentang definisi operasional,
operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu
variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah semacam petunjuk
pelaksanaan cara mengukur suatu variabel. Berikut defenisi operasional dalam
penilitian ini yaitu profesionalisme.
Profesionalisme
adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan
lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh
seorang profesional.
D.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Berdasarkan
dengan penelitian ini maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah
pegawai kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo yang berjumlah 55 (Lima Puluh
Lima) orang pegawai, dengan rincian 15 (Lima Belas) orang PNS dan 40 (Empat
Puluh) orang non PNS.
2. Sampel
Selanjutnya,
Ridwan (2007:56) mengatakan “sampel adalah bagian dari populasi”. Sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi. Sukardi (2004:55) mengatakan “Untuk pnelitian
sosial, pendidikan, ekonomi dan politik yang berkaitan dengan masyarakat yang
mempunyai karakteristik heterogen, pengambilan sampel disamping syarat tentang
besarnya sampel, juga harus memenuhi syarat representatifveness
(keterwakilan) atau mewakili semua komponen.
Memperhatikan
pertanyaan tersebut, karena jumlah populasi berjumlah 55 (Lima Puluh Lima)
orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara
acak (Random sampling). Sedangkan teknik penentuan jumlah sampel menggunakan
rumus Taro Yamane atau Slovin dalam Ridwan (2007:65) sebagai berikut:
Dimana
:
n
= jumlah sampel
N
= total populasi
d
= persepsi (0,05)
1
= angka konstanta
Berdasarkan
rumus tersebut di peroleh jumlah sampel sebagai berikut :
=
48,35 Responden
=
48 Responden
E.
Istrumen
Penelitian
Menurut
Sugiyono (2006:119) pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
Instrumen penelitian. Jadi Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian. Jumlah Instrument penelitian
yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Selanjutnya,
Menurut Sugiyono (2006:120), Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial
umumnya dan khususnya bidang administrasi yang sudah sulit ditemukan. Untuk itu
maka penelitian harus mampu membuat Instrumen yang akan digunakan untuk
penelitian.
Titik
tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian tersebut diberikan
defenisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur,
dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau
pernyataan.
F.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, ditempuh beberapa teknik
pengumpulan data, antara lain.
1. Observasi
Observasi
dimaksudkan sebagai aktifitas yang dilakukan dengan mengamati secara langsung
objek penelitian.
Teknik
pengamatan yang digunakan adalah pengamatan terlibat, dimana pengamat berperang
sebagai bagian dari populasi yang ada dikantor tersebut. Dalam pengamatan
terlibat pengamat berinteraksi langsung dengan populasi.
2. Kuesioner
atau Angket
Yaitu
teknik pengumpulan data dilakukan melalui daftar pertanyaan kepada responden
dan pertanyaan tersebut dijawab atau diisi sendiri oleh responden yang telah
dijadikan sampel.
Kuesioner
yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh data adalah kuesioner dalam bentuk
checklist, dimana responden tinggal memberikan data check (√) pada tempat yang
telah disediakan. Dalam penelitian ini, penulis menyebar kuesioner sesuai
dengan jumlah sampel. Setiap soal disediakan 5 (Lima) jawaban dengan skor
masing-masing :
Jawaban
A dengan skor 5
Jawaban
B dengan skor 4
Jawaban
C dengan skor 3
Jawaban
D dengan skor 2
Jawaban
E dengan skor 1
Metode
pengumpulan data ini, penulis gunakan untuk mendapatkan data primer tentang Profesionalisme
Kerja Pegawai Pada Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Wajo.
3. Dokumentasi
Dokumentasi
dimaksudkan sebagai data informasi yang sifatnya telah tersimpan dalam bentuk
surat-surat berharga atau dokumen.
Dokumen
dalam hal ini dijadikan sebagai data pelengkap terhadap data yang diperoleh
melalui tehnik penelitian yang lain. Dalam artian dokumen bersifat sebagai data
sekunder.
G.
Tehnik
Analisa Data
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif
yaitu mengumpulkan data yang berisi uraian, paparan tentang suatu objek sesuai
dengan kriteria.
Serta
hal-hal yang diperlukan dalam pendataan dan penyajian. Metode penelitian
analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi yang mudah
dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (istijanto, 2005:90)
Menurut
supranto (2003:403), metode ini dapat digunakan dengan menggunakan rumus
persentase.
Keterangan
:
n
= Skor yang diperoleh
N
= Skor ideal
%
= Persentase
Penulis
dapat mengelola data secara sistematis, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Untuk pengujian hipotesis tersebut, digunakan t-test suatu sampel
dengan rumus sebagai berikut :
Dimana
:
t
= nilai t yang dihitung
x-
= nilai rata-rata
µₒ
= nilai yang dihipotesiskan
s
= simpangan baku
n
= jumlah sampel
Untuk
menggunkan rumus diatas terlebih dahulu dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a)
Skor ideal = (setiap
pertanyaan x jumlah item x jumlah responden, skor tertinggi = 5).
b)
Nilai yang
dihipotesiskan (µₒ) = (persentase x skor ideal rata-rata)
c)
Nilai rata-rata skor
ideal = jumlah skor ideal dibagi jumlah sampel.
d)
Nilai rata-rata skor
yang diperoleh = jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah sampel.
e)
Nilai simpangan baku
item pertanyaan setiap variabel (dihitung)
DAFTAR
PUSTAKA
Buku-Buku :
Dwiyanto. 2011. Mengembalikan
Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Effendi. 1995. Sumber
Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya.
Hamalik, Oemar. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia – Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan
Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Imawan. 1997. Membedah
Politik Orde Baru. Yogyakarta: Pustakan Pelajar.
Istijanto. 2005. Riset Sdm : Cara Praktis Mengukur Stress.
Jakarta: PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA.
J. Supranto. 2003. Metode
Penelitian Hukum Statistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Korten & Alfonso. 1981. Getting to The 21 Century; Voluntary Action and Global Agenda. USA:
Kumarian Press.
Kurniawan,
Agung. 2005. Atmosoeprapt : Transformasi pelayanan
publik. Yogyakarta : PEMBARUAN.
Longman. 1987. Tropikal
Forestand Its Environment. London: Longman Group Limited.
Masri.S. 2003. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
Gramedia.
Oerip, Uetomo. 2000. Mengunggah
mentalis profesional dan pengusaha. Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Phillips, J.J. 1991. Handbook of training evaluation and measurement methods. Houson:
Gulf Publishing Company.
Ridwan. 2007. Skala
Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sedarmayanti. 2004. Good Governance ( Kepemerintahan yang baik ) 2: Kepemerintahan yang Baik,
Memb Sistem Manajemen Kinerja Guna Menigktkan Produktiv. Bandung: Mandar Maju.
Siagian, Sondang P. 2009. Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soedijarto. 1990. Sebuah Pemikiran Tentang Kurikulum yang relevan untuk menunjang
Pembangunan Menuju Tinggal Landas. Jakarta : Grasindo.
Sugiyono. 2006. Metode
Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sukardi. 2004. Metodologi
Penelitian Kependidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Lampiran 1
PENGANTAR KUESIONER
Kepada
Yth. Bapak/ibu/saudara(i)
Pegawai Pemadam Kebakaran
Kabupaten Wajo.
Di
Tempat.
Dengan
hormat,
Dalam
rangka penelitian tentang “ANALISIS PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN
KABUPATEN WAJO”, dengan ini saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara(i) sebagai
responden dalam penelitian ini (angket terlampir).
Saya
mohon angket ini diisi oleh Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk menjawab seluruh
pernyataan yang telah disediakan. Sehubungan dengan hal tesebut jawaban
responden diharapkan obyektif dan realistis, agar hasil penelitian ini valid
dan realibel.
Jawaban
yang diberikan akan dirahasiakan dan tidak akan mempengaruhi status dan jawaban
responden.
Penelitian
ini dimaksudkan sebagai umpan balik bagi studi Manajemen Sumber Daya Manusia
pada kantor pemadam kebakaran kabupaten wajo.
Demikian dengan pengantar ini, dan atas perhatian
serta bantuannya diucapkan terima kasih.
Sengkang, November 2014
Hormat
saya,
MUHAMMAD NUR
Lampiran 2
Petunjuk pengisian
kuesioner
1. Dimohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk membaca dengan cermat butir-butir
pernyataan yang terdapat pada lembaran berikut ini, kemudian pilihlah salah
satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara(i) paling tepat atau sesuai dengan
yang anda alami atau ketahuil, dan Bapak/Ibu/Saudara(i) yakini dengan
memberikan check list (√) pada salah satu kolom yang disediakan.
2. Instrumen
ini semata-mata untuk tujuan penelitian, sehingga Bapak/Ibu/Saudara(i) tidak
perlu mencantumkan nama maupun identitas lainnya.
3. Apapun
jawaban Bapak/Ibu/Saudara(i) akan dijamin kerahasiaanya.
4. Apapun
jawaban Bapak/Ibu/Saudara(i) akan membantu kami dalam upaya untuk lebih
meningkatkan perencanaan profesionalisme kerja pegawai.
5. Apabila
Bapak/Ibu/Saudara(i) ingin mengubah pilihan anda tandai, maka berilah tanda
silang (X) pada pilihan semula, dan kemudian berilah check list (√) pada
pilihan baru.
Sengkang, November 2014
Hormat saya
MUHAMMAD NUR
Pertanyaaan Kuesioner
v Check
listlah (√) pada alternatif jawaban yang anda anggap paling sesuai.
v Alternatif
jawaban, 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup baik, 2 = kurang baik, 1 = sangat
tidak baik.
PERNYATAAN
|
ALTERNATIF JAWABAN
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Dimensi Equality
1
|
Kesadaran pegawai untuk bekerja
sama dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahannya.
|
|||||
2
|
Adanya kemauan pegawai untuk
membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.
|
|||||
3
|
Adanya kemauan pegawai untuk
memberi, menerima kritik dan saran dari orang lain.
|
|||||
4
|
Tindakan pegawai apabila
mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.
|
Dimensi Equity
5
|
Pengembangan pegawai agar dapat
beradaptasi dengan cepat dalam bekerja.
|
|||||
6
|
Pengembangan pegawai agar dapat
melaksanakan ketelitian dalam bekerja.
|
|||||
7
|
Pengembangan pegawai agar dapat
melaksanakan keterampilan dalam bekerja.
|
|||||
8
|
Pengembangan pegawai agar dapat
bersikap adil.
|
Dimensi Loyalty
9
|
Kepatuhan
pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi.
|
|||||
10
|
Kepatuhan
pegawai terhadap instruksi yang datang dari atasan.
|
|||||
11
|
Pegawai
bekerja sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
|
|||||
12
|
Pegawai
memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
|
|||||
13
|
Penggunaan dan
pemeliharaan peralatan oleh pegawai.
|
Dimensi Accountability
14
|
Kesanggupan pegawai dalam
melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam bekerja.
|
|||||
15
|
Kemampuan pegawai menyelesaikan
tugas dengan tepat dan benar.
|
|||||
16
|
Pegawai melaksanakan tugas atau
perintah yang diberikan dengan sebaik-baiknya.
|
|||||
17
|
Pegawai mempunyai kesadaran bahwa
pekerjaan yang diberikan bukan hanya kepentingan instansi, tetapi juga untuk
kepentingan dirinya sendiri.
|