Sabtu, 05 Oktober 2013

Analisis sistem evaluasi hasil belajar siswa yang menghambat pengembangan karakter siswa smp (Studi kasus di SMPN 1 Pahandut Palangkaraya)

-->Contoh Proposal Metode Penelitian Kuantitatif

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Beberapa tahun berturut – turut peringkat Indonesia dalam Human Development Index ( HDI ) menepati posisi pada urutan bawah. Hal terrsebut menunjukan rendahnya kualitas SDM Indonesia. Salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalahPendidikan.

Selama berpuluh – puluh tahun banyak kekurangan yang ada dalam sistem Pendidikan di Indonesia, kekurangan tersebut antara lain :

-          Terlalu berorientasi pada aspek akademis
-          Kurikulum yang terlalu berat
-          Rasio murid dan guru yang tidak sesuai
-          Aplikasi metode Pendidikan yang digunakan kurang sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak.
Akibatnya, sumber daya manusia yang dihasilkan bukanlah SDM yang handal. Rendahnya HDI Indonesia yang berkorelasi dengan adanya kekurangan pada sistem Pendidikan harus dibenahi. Selama ini karena tujuan Pendidikan diarahkan untuk mencetak anak pandai secara Kognitif. Padahal untuk menghasilkan SDM yang handal salah satu syaratnya adalah karakter dari masing – masing individu haruslah baik. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah danguru untuk emasukan nilai – nilai budi pekerti dalam membentuk karakter yang kuat pada siswanya.
Ada 3 faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu :
1.      Kebijakan dan penyelengaraan Pendidikan Nasional menggunakan pendekatan input analisis yang tidak konsisten
2.      Penyelengaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik
3.      Peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelengaraan pendidikan sangat minim.
Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang sedang berjalan maka kebijakan strategis yang diambil oleh Direktoriat Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan sumber daya Manusia, antara lain :
1.      Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, dimana sekolah diberikan kewenangan untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan.
2.      Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas dimana terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai Comunity learning center.
3.      Menggunakan paragdima belajar yang akan menjadikan pelajar atau peserta didik menjadi manusia yang diberdayakan.
Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah. Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Sistem pendidikan yang berlaku di indonesia saat ini mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ). KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 ( KBK ) adalah Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing satuan Pendidikan / Sekolah. Pelaksanaan KTSP perlu dipayungi oleh Manajemen Bebasis Sekolah artinya hal tersebut merupakan pelimpahan wewenang yang besar kepada sekolah untuk emperbaiki mutu pendidikannya, baik dengan menyusun dan mengembangkan Kurikulum maupun dengan mendorong guru untuk berinovasi dan melibatkan masyarakat untuk berpatisipasi.
Salah satu sekolah dikota Palangka Raya yang sudah melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) dan mengimplementasikan KTSP adalah SMPN 1 Pahandut, terkait dengan penerapan MBS atau manajemen Berbasis Sekolah pertanyaan yang sering diajukana adalah benarkah penerapan Manajemen Bebasisis Sekolah dapat mendongkrak mutu Pendidikan ? khususnya dalam pengembangan Karakter Siswa ?
Baru – baru ini beberapa SMP di Kota Palangka Raya telah melaksanakan evaluasi haasil belajar siswa. Studi kasus pada SMPN 1 Pahandut dalam Pengimplementasian KTSP pada sistem evaluasi belajar siswa dapat dikatakan tidak sesuai dengan Developmentally Appropriate Practices dan cenderung dan cenderung melanggar hak anak.
Atas dasar pemahaman terhadap pentingnya Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah dan pengembagnan karakter siswa seperti uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang “ Analisis Sistem Evaluasi Hasil Belajar Siswa yang menghambat Pengembangan Karakter Siswa SMP ( Studi Kasus di SMPN 1 Pahandut Palangka Raya ).

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian paada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana kriteria Sekolah yang ideal sebagai tempat belajar yang kondusif untuk siswa sehingga siswa dapat mengembangkan karakternya ?
2.      Bagaimana sistem evaluasi belajar SMPN 1 Pahandut kota Palangka Raya dan dampaknya bagi siswa ?
3.      Karakter apa yang dapat terbentuk pada siswa melalui sistem evaluasi belajar siswa ?
4.      Upaya apa yang dilakukan oleh sekolah dalam menghadapi tantangan yang ada dalam pengimplementasian KTSP sekaligus dalam mengembangkan karakter siswa ?

3.      Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini hanya terfokus pada :
1.      Bagaimana proses pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah melalui pengimplementasian KTSP dilingkungan SMPN 1 Pahandut Kota Palangka Raya.
2.      Bagaimana pelaksanaan evaluasi belajar siswa dan dampak pelaksanaan sistem evaluasi hasil belajar siswa di SMPN 1 Pahandut Kota Palangka Raya.
3.      Karakter apa yang terbentuk dari pengimplementasian KTSP melalui evaluasi belajar siswa.
4.      Upaya apa yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam pengimplementasian KTSP dan pengembangan karakter siswa di SMPN 1 Pahandut Kota Palangka Raya.

4.      Tujuan dan Manfaat Penelitian

a.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan Perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
1.      Untuk mengetahui kriteria sekolah yang ideal sebagai tempat belajar yang kondusif untuk siswa sehingga siswa dapat mengembangkan karaskternya.
2.      Untuk mengetahui sistem evaluasi belajar siswa dan dampak sistem evaluasi belajar pada siswa dilingkungan SMPN 1 Kota Palangka Raya.
3.      Untuk mengetahui karakter apa yang dapat terbentuk pada siswa melalui Sistem Evaluasi Belajar siswa.
4.      Untuk mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam menghadapi tantangan yang ada dalam pengimplementasian KTSP dan mengembangkan karakter siswa.

b.      Manfaat Penelitian
a.       Memberikan informasi secara jelas dengan ilmiah tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah melalui pengimplementasian KTSP dilingkungan SMPN 1 Pahandut Kota Palangka Raya
b.      Memberikan informasi tentang pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa dan dampaknya bagi pengembangan karakter siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.      Manajemen Pendidikan

1.1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan sesuatu melalui kerjasama dengan orang lain yang direncanakan, diarahkan, dikoordinasi dan diadakan pengawasan berdasarkan pada satu tujuan yang telah ditetapkan ( Soemardhi HS, Administrasi, 1988 ).
Sedangkan menurut A.W. Widjaja, Manajemen adalah seni dengan ilmu Perencanaan, Pengorganisasian, Penyusunan, Pengarahan dan Pengontrolan untuk mencapai yang telah ditentukan sebelumnya.

1.2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya  untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

1.3. Pengertian Manajemen Pendidikan
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat diketahui pengertian Manajemen Pendidikan adalah :
“ Proses Kerjasama yang terjalin didalam Lembaga Pembelajaran ataupun Pendidikan dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses Pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan dirinya dengan strategi yang sudah ditetapkan sebelumnya.”






2.      Kriteria Sekolah Ideal
2.1. Pengertian Sekolah Ideal

Sekolah yang ideal merupakan sekolah yang kondusif dan menyenangkan bagi siswanya untuk belajar. Suasana yang Kondusif dan menyenangkan memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Merujuk pada pendapat Megawangi ( 2005 ) sekolah dapat dikatakan ideal bagi siswa untuk menerima kegiatan Belajar Mengajar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1.      Student Active Learning, yakni partisipasi aktif anak dalam proses Belajar Mengajar, dalam artian anak mengalami langsung semua hal yang dipelajarinya dan tidak hanya mendengarkan guru yang membuat anak menjadi pasif sehingga segala sesuatu yang diperoleh anak dalam proses Belajar mengajar akan bertahan lama dan dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari – hari. Adanya keterlibatan langsung anak dalam proses melalui pemberian pengalaman yang kongkret akan memberikan manfaat langsung dan makna hakiki bagi anak. Disamping itu hal terpenting yang dapat ditumbuhkan melalui dari proses Belajar Mengajar aktif adalah dapat meningkatkan kemampuan fisik, kreativitas, emosi, sosial, spiritual dan akademik.
2.      Development Appropriate Practices ( DAP ), dalam terjemahan bebasnya adalah Pendidikan yang patut dan menyenangkan sesuai dengan tahapan perkembangan anak, mencerminkan Proses Pembelajaran yang bersifat Interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan melalui beragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak menyebabkan anak memiliki pengalaman yang konkret serta menyenangkan saat terjadinya proses belajar mengajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran pada anak.
3.      Collaborative Learning, adalah metode yang melobatkan siswa dalam upaya untuk mencari jawaban atau sebuah solusi yang sedang dipelajari. Implementasi konsep ini dapat dilakukan dengan metode Cooperative Learning, yaitu siswa bekerja bersama – sama, berhadapan muka dalam kelompok kecil dan melakukan tugas yang sudah berstruktur.
4.      Multiple Intelligences, dalam artian sekolah yang ideal adalah sekolah yang mampu mengembangkan kecerdasan yang ada pada diri tiap individu dengan menghargai segala keunikan dan perbedaannya.

2.2.  Memiliki Manajemen yang Berbasis sekolah
Leitwood dan Menzies ( 1988 ) menemukan 4 model Manajemen Berbasis Sekolah dari hasil penelitiannya, yaitu :
1.      Kontrol Administratif, Kepala Sekolah dominan sebagai Representasi dari Administrasi Pendidikan
2.      Kontrol Propesional, pendidikan menerima otoritas
3.      Kontrol Masyarakat, kelompok Masyarakat dan orangtua peserta didik, melalui Komite Sekolah terlinat dalam kegiatan Sekolah.
4.      Kontrol secara seimbang, orang tua siswa dan kelompok Profesional ( kepala sekolah dan pendidik ) saling bekerja sama secara seimbang.

2.3. Prinsip – prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memiliki prinsip sebagai berikut :
1.      Peningkatan mutu harus dilaksanakan disekolah
2.      Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
3.      Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik yang bersifat Kualitatif maupun Kuantitatif
4.      Peningkatan mutu harus memberdayakan dan mmelibatkan semua unsur yang ada disekolah
5.      Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat.

2.4. Teknik yang diaplikasikan dalam Program Peningkatan Mutu Bebasis sekolah
Berdasarkan panduan Manajemen Sekolah, teknik – teknik yang diaplikasikan antara lain :
1.      Schol Review ( evaluasi hasil belajar ), yakni proses dimana seluruh komponen Sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga Profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah dalam hal ini hasil belajar siswa serta mutu lulusan. School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan, kelebihan dan prestasi siswa serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
2.      Benchmarking, yaitu suatu kegiatan untuk mmenetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Dengan teknik ini akan dapat diketahui seberapa baik kondisi sekolah, apa yang harus dilakukan berkaitan dengan standar / fokus sekolah dan bagaimana mencapai standar tersebut.
3.      Quality assurance, yaitu suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya, dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi dalam proses. Teknik ini menekankan pada monitoring yang berkesinambungan dan melembaga menjadi sub sistem sekolah.
4.      Quality control, yaitu suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar.

3.      Sistem Penilaian Kelas pada KTSP

Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa yang berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemajuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan oleeh Kurikulum ( Muslich, 2007 ).
Muslich menyebutkan ada beberapa bentuk dan teknik yang bisa dilakukan dalam penilaian kelas, yaitu :
1.      Penilaian kinerja
2.      Penilaian penugasan
3.      Penilaian hasil kerja
4.      Penilaian test tertulis
5.      Penilaian portofolio
6.      Penialain sikap



4.      Sistem evaluasi Belajar Siswa di SMPN 1 Pahandut

Evaluasi belajar siswa umumnya secara serentak dilaksanakan tiap sekolah pada akhir semester kegiatan belajar mengajar. Begitu juga yang terjadi di SMPN 1 Pahandut, evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan dilaksanakan pada akhir semester dilakukan dengan metode tes tertulis.
KTSP merupakan Kurikulum Operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing satuan Pendidikan / Sekolah. Karena disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing sekolah maka dalam Implementasinyya sekolah diberi kewenangan untuk menyusun metode Pembelajaran, termasuk sistem evaluasi belajar siswa. Evaluasi belajar siswa ( ujian ) hanya dilaksanakan selama lima hari terhitung mulai senin hingga jumat.dalam 5 hari ujian terdapat 12 – 14 mata Pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa. Akibantnya ada beberapa hari ujian yang harus dilalui siswa dengan 3 mata Pelajaran.

5.      Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hasil penelitian dan tinjauan teori diatas dapat diketahui bahwa Implementasi KTSP dan sisrem evaluasi hasil belajar merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan ataupun kualitas sekolah dengan mengembangkan karakter siswa, dengan catatan harus mampu menerapkan strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah dan peserta didik.
Karakter yang dimaksud disini, mengandung pengertian kualitas pribadi atau pandangan / nilai positif yang dimiliki oleh individu yang dapat dilihat dari perilaku sehari – hari.

Tidak ada komentar: