BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Beberapa tahun berturut – turut
peringkat Indonesia dalam Human Development Index ( HDI ) menepati posisi pada
urutan bawah. Hal terrsebut menunjukan rendahnya kualitas SDM Indonesia. Salah
satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalahPendidikan.
Selama berpuluh – puluh tahun banyak
kekurangan yang ada dalam sistem Pendidikan di Indonesia, kekurangan tersebut
antara lain :
- Terlalu
berorientasi pada aspek akademis
- Kurikulum
yang terlalu berat
- Rasio
murid dan guru yang tidak sesuai
- Aplikasi
metode Pendidikan yang digunakan kurang sesuai dengan tahapan perkembangan usia
anak.
Akibatnya, sumber daya manusia yang
dihasilkan bukanlah SDM yang handal. Rendahnya HDI Indonesia yang berkorelasi
dengan adanya kekurangan pada sistem Pendidikan harus dibenahi. Selama ini
karena tujuan Pendidikan diarahkan untuk mencetak anak pandai secara Kognitif.
Padahal untuk menghasilkan SDM yang handal salah satu syaratnya adalah karakter
dari masing – masing individu haruslah baik. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi sekolah danguru untuk emasukan nilai – nilai budi pekerti dalam
membentuk karakter yang kuat pada siswanya.
Ada 3 faktor penyebab rendahnya mutu
pendidikan yaitu :
1. Kebijakan
dan penyelengaraan Pendidikan Nasional menggunakan pendekatan input analisis
yang tidak konsisten
2. Penyelengaraan
pendidikan dilakukan secara sentralistik
3. Peran
serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelengaraan pendidikan
sangat minim.
Berdasarkan penyebab tersebut dan
dengan adanya era otonomi daerah yang sedang berjalan maka kebijakan strategis
yang diambil oleh Direktoriat Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan
mutu pendidikan untuk mengembangkan sumber daya Manusia, antara lain :
1. Manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah, dimana sekolah diberikan kewenangan untuk
merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan.
2. Pendidikan
yang berbasiskan pada partisipasi komunitas dimana terjadi interaksi yang
positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai Comunity learning
center.
3. Menggunakan
paragdima belajar yang akan menjadikan pelajar atau peserta didik menjadi
manusia yang diberdayakan.
Untuk merealisasikan kebijakan
diatas maka sekolah perlu melakukan Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah.
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang
bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik,
mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, dan pemberdayaan
semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan
kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan
masyarakat.
Sistem pendidikan yang berlaku di
indonesia saat ini mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ).
KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 ( KBK ) adalah Kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing satuan
Pendidikan / Sekolah. Pelaksanaan KTSP perlu dipayungi oleh Manajemen Bebasis
Sekolah artinya hal tersebut merupakan pelimpahan wewenang yang besar kepada
sekolah untuk emperbaiki mutu pendidikannya, baik dengan menyusun dan
mengembangkan Kurikulum maupun dengan mendorong guru untuk berinovasi dan
melibatkan masyarakat untuk berpatisipasi.
Salah satu sekolah dikota Palangka
Raya yang sudah melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) dan
mengimplementasikan KTSP adalah SMPN 1 Pahandut, terkait dengan penerapan MBS
atau manajemen Berbasis Sekolah pertanyaan yang sering diajukana adalah
benarkah penerapan Manajemen Bebasisis Sekolah dapat mendongkrak mutu
Pendidikan ? khususnya dalam pengembangan Karakter Siswa ?
Baru – baru ini beberapa SMP di Kota
Palangka Raya telah melaksanakan evaluasi haasil belajar siswa. Studi kasus
pada SMPN 1 Pahandut dalam Pengimplementasian KTSP pada sistem evaluasi belajar
siswa dapat dikatakan tidak sesuai dengan Developmentally Appropriate Practices
dan cenderung dan cenderung melanggar hak anak.
Atas dasar pemahaman terhadap
pentingnya Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah dan pengembagnan karakter siswa
seperti uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang “ Analisis
Sistem Evaluasi Hasil Belajar Siswa yang menghambat Pengembangan Karakter Siswa
SMP ( Studi Kasus di SMPN 1 Pahandut Palangka Raya ).
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian paada latar
belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
kriteria Sekolah yang ideal sebagai tempat belajar yang kondusif untuk siswa
sehingga siswa dapat mengembangkan karakternya ?
2. Bagaimana
sistem evaluasi belajar SMPN 1 Pahandut kota Palangka Raya dan dampaknya bagi
siswa ?
3. Karakter
apa yang dapat terbentuk pada siswa melalui sistem evaluasi belajar siswa ?
4. Upaya
apa yang dilakukan oleh sekolah dalam menghadapi tantangan yang ada dalam
pengimplementasian KTSP sekaligus dalam mengembangkan karakter siswa ?
3. Batasan
Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini
hanya terfokus pada :
1. Bagaimana
proses pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah melalui pengimplementasian KTSP
dilingkungan SMPN 1 Pahandut Kota Palangka Raya.
2. Bagaimana
pelaksanaan evaluasi belajar siswa dan dampak pelaksanaan sistem evaluasi hasil
belajar siswa di SMPN 1 Pahandut Kota Palangka Raya.
3. Karakter
apa yang terbentuk dari pengimplementasian KTSP melalui evaluasi belajar siswa.
4. Upaya
apa yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam pengimplementasian KTSP dan
pengembangan karakter siswa di SMPN 1 Pahandut Kota Palangka Raya.
4. Tujuan
dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan
Perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk
mengetahui kriteria sekolah yang ideal sebagai tempat belajar yang kondusif
untuk siswa sehingga siswa dapat mengembangkan karaskternya.
2. Untuk
mengetahui sistem evaluasi belajar siswa dan dampak sistem evaluasi belajar
pada siswa dilingkungan SMPN 1 Kota Palangka Raya.
3. Untuk
mengetahui karakter apa yang dapat terbentuk pada siswa melalui Sistem Evaluasi
Belajar siswa.
4. Untuk
mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam menghadapi
tantangan yang ada dalam pengimplementasian KTSP dan mengembangkan karakter
siswa.
b. Manfaat
Penelitian
a. Memberikan
informasi secara jelas dengan ilmiah tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah melalui pengimplementasian KTSP dilingkungan SMPN 1 Pahandut Kota
Palangka Raya
b. Memberikan
informasi tentang pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa dan dampaknya bagi
pengembangan karakter siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Manajemen
Pendidikan
1.1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni untuk
mendapatkan sesuatu melalui kerjasama dengan orang lain yang direncanakan,
diarahkan, dikoordinasi dan diadakan pengawasan berdasarkan pada satu tujuan
yang telah ditetapkan ( Soemardhi HS, Administrasi, 1988 ).
Sedangkan menurut A.W. Widjaja,
Manajemen adalah seni dengan ilmu Perencanaan, Pengorganisasian, Penyusunan,
Pengarahan dan Pengontrolan untuk mencapai yang telah ditentukan sebelumnya.
1.2. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
1.3. Pengertian
Manajemen Pendidikan
Berdasarkan kedua pengertian diatas
dapat diketahui pengertian Manajemen Pendidikan adalah :
“ Proses Kerjasama yang terjalin
didalam Lembaga Pembelajaran ataupun Pendidikan dalam rangka mewujudkan suasana
belajar dan proses Pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan dirinya dengan strategi yang sudah ditetapkan sebelumnya.”
2. Kriteria
Sekolah Ideal
2.1. Pengertian
Sekolah Ideal
Sekolah yang ideal merupakan sekolah
yang kondusif dan menyenangkan bagi siswanya untuk belajar. Suasana yang
Kondusif dan menyenangkan memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan seluruh
potensi yang ada dalam dirinya. Merujuk pada pendapat Megawangi ( 2005 )
sekolah dapat dikatakan ideal bagi siswa untuk menerima kegiatan Belajar
Mengajar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Student
Active Learning, yakni partisipasi aktif anak dalam proses Belajar Mengajar,
dalam artian anak mengalami langsung semua hal yang dipelajarinya dan tidak
hanya mendengarkan guru yang membuat anak menjadi pasif sehingga segala sesuatu
yang diperoleh anak dalam proses Belajar mengajar akan bertahan lama dan dapat
diimplementasikan pada kehidupan sehari – hari. Adanya keterlibatan langsung
anak dalam proses melalui pemberian pengalaman yang kongkret akan memberikan
manfaat langsung dan makna hakiki bagi anak. Disamping itu hal terpenting yang
dapat ditumbuhkan melalui dari proses Belajar Mengajar aktif adalah dapat
meningkatkan kemampuan fisik, kreativitas, emosi, sosial, spiritual dan
akademik.
2. Development
Appropriate Practices ( DAP ), dalam terjemahan bebasnya adalah Pendidikan yang
patut dan menyenangkan sesuai dengan tahapan perkembangan anak, mencerminkan
Proses Pembelajaran yang bersifat Interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan
melalui beragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak
menyebabkan anak memiliki pengalaman yang konkret serta menyenangkan saat
terjadinya proses belajar mengajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran pada
anak.
3. Collaborative
Learning, adalah metode yang melobatkan siswa dalam upaya untuk mencari jawaban
atau sebuah solusi yang sedang dipelajari. Implementasi konsep ini dapat
dilakukan dengan metode Cooperative Learning, yaitu siswa bekerja bersama –
sama, berhadapan muka dalam kelompok kecil dan melakukan tugas yang sudah
berstruktur.
4. Multiple
Intelligences, dalam artian sekolah yang ideal adalah sekolah yang mampu
mengembangkan kecerdasan yang ada pada diri tiap individu dengan menghargai
segala keunikan dan perbedaannya.
2.2. Memiliki
Manajemen yang Berbasis sekolah
Leitwood dan Menzies ( 1988 )
menemukan 4 model Manajemen Berbasis Sekolah dari hasil penelitiannya, yaitu :
1. Kontrol
Administratif, Kepala Sekolah dominan sebagai Representasi dari Administrasi
Pendidikan
2. Kontrol
Propesional, pendidikan menerima otoritas
3. Kontrol
Masyarakat, kelompok Masyarakat dan orangtua peserta didik, melalui Komite
Sekolah terlinat dalam kegiatan Sekolah.
4. Kontrol
secara seimbang, orang tua siswa dan kelompok Profesional ( kepala sekolah dan
pendidik ) saling bekerja sama secara seimbang.
2.3. Prinsip
– prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah memiliki prinsip sebagai berikut :
1. Peningkatan
mutu harus dilaksanakan disekolah
2. Peningkatan
mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
3. Peningkatan
mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik yang bersifat Kualitatif maupun
Kuantitatif
4. Peningkatan
mutu harus memberdayakan dan mmelibatkan semua unsur yang ada disekolah
5. Peningkatan
mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa,
orang tua dan masyarakat.
2.4. Teknik
yang diaplikasikan dalam Program Peningkatan Mutu Bebasis sekolah
Berdasarkan panduan Manajemen
Sekolah, teknik – teknik yang diaplikasikan antara lain :
1. Schol
Review ( evaluasi hasil belajar ), yakni proses dimana seluruh komponen Sekolah
bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga Profesional untuk
mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah dalam hal ini hasil belajar siswa
serta mutu lulusan. School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan,
kelebihan dan prestasi siswa serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun
mendatang.
2. Benchmarking,
yaitu suatu kegiatan untuk mmenetapkan standar dan target yang akan dicapai
dalam suatu periode tertentu. Dengan teknik ini akan dapat diketahui seberapa
baik kondisi sekolah, apa yang harus dilakukan berkaitan dengan standar / fokus
sekolah dan bagaimana mencapai standar tersebut.
3. Quality
assurance, yaitu suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah
berlangsung sebagaimana seharusnya, dengan teknik ini akan dapat dideteksi
adanya penyimpangan yang terjadi dalam proses. Teknik ini menekankan pada
monitoring yang berkesinambungan dan melembaga menjadi sub sistem sekolah.
4. Quality
control, yaitu suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas
output yang tidak sesuai dengan standar.
3. Sistem
Penilaian Kelas pada KTSP
Penilaian kelas merupakan proses
pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan
terhadap hasil belajar siswa yang berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya
sehingga didapatkan potret atau profil kemajuan siswa sesuai dengan kompetensi
yang ditetapkan oleeh Kurikulum ( Muslich, 2007 ).
Muslich menyebutkan ada beberapa
bentuk dan teknik yang bisa dilakukan dalam penilaian kelas, yaitu :
1. Penilaian
kinerja
2. Penilaian
penugasan
3. Penilaian
hasil kerja
4. Penilaian
test tertulis
5. Penilaian
portofolio
6. Penialain
sikap
4. Sistem
evaluasi Belajar Siswa di SMPN 1 Pahandut
Evaluasi belajar siswa umumnya
secara serentak dilaksanakan tiap sekolah pada akhir semester kegiatan belajar
mengajar. Begitu juga yang terjadi di SMPN 1 Pahandut, evaluasi belajar siswa
yang dilaksanakan dilaksanakan pada akhir semester dilakukan dengan metode tes
tertulis.
KTSP merupakan Kurikulum Operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing satuan Pendidikan / Sekolah.
Karena disusun dan dilaksanakan oleh masing – masing sekolah maka dalam
Implementasinyya sekolah diberi kewenangan untuk menyusun metode Pembelajaran,
termasuk sistem evaluasi belajar siswa. Evaluasi belajar siswa ( ujian ) hanya
dilaksanakan selama lima hari terhitung mulai senin hingga jumat.dalam 5 hari
ujian terdapat 12 – 14 mata Pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa.
Akibantnya ada beberapa hari ujian yang harus dilalui siswa dengan 3 mata
Pelajaran.
5. Kerangka
Pemikiran
Berdasarkan hasil penelitian dan
tinjauan teori diatas dapat diketahui bahwa Implementasi KTSP dan sisrem
evaluasi hasil belajar merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk
meningkatkan mutu pendidikan ataupun kualitas sekolah dengan mengembangkan karakter
siswa, dengan catatan harus mampu menerapkan strategi yang tepat dan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan sekolah dan peserta didik.
Karakter yang dimaksud disini,
mengandung pengertian kualitas pribadi atau pandangan / nilai positif yang
dimiliki oleh individu yang dapat dilihat dari perilaku sehari – hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar