Minggu, 06 Oktober 2013

Citra Kinerja Anggota Dprd Kabupaten Sidoarjo Menurut Mahasiswa Fisip Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

-->
Contoh Proposal Metode Penelitian Sosial Kuantitatif Ilmu Komunikasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Dewasa ini telah banyak kejanggalan – kejanggalan disekitar lingkungan kita, mulai persoalan sosial, politik, budaya, ekonomi dan sebagainya. Tak lain asumsi masyarakat yang dipandang adalah lembaga pemerintah yang kurang bijak dalam menyikapi suatu persoalan negara, yang mana dalam hal ini adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Akan tetapi paling banyak yang disoroti masyarakat adalah lembaga legislatif karena lembaga tersebut merupakan lembaga wakil rakyat yakni DPR.
Adapun fenomena – fenomena penilaian masyarakat terhadap wakil rakyat, mereka semua berkata dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda – beda sesuai dengan pemahaman dan pengertiannya masing – masing. Aneh, lucu, kritis, atau bahkan menyakitkan. Semua berasa berbeda dari setiap telinga dan tingkat pemahaman masing – masing. Namun apapaun itu mari kita lihat seperti apakah wakil rakyat kita di mata rakyatnya.
Penelitian ini didasarkan pada fenomena menurunnya kinerja anggota legislatif yang semakin hari membawa keprihatinan. Ada tiga tanggapan yang selalu muncul yaitu pertama legislatif dianggap kurang mampu melaksanakan fungsinya sebagai mitra yang seimbang dan efektif bagi eksekutif. Anggapan ini kerap muncul dari kalangan yang cenderung menilai bahwa peranan eksekutif masih cukup dominan dalalm penyelenggaraan pemerintahan. Kedua legislatif dianggap terlalu jauh mencampuri bidang tugas eksekutif, sehingga cenderung menyimpang dari fungsi utamanya sebagai badan pemerintahan yang menyelenggarakan fungsi legislatif. Anggapan ini  banyak dianut oleh para pejabat eksekutif, untuk ikut merumuskan kebijakan pemerintahan. Anggapan ini umumnya hidup di kalangan anggota legislatif sendiri. Melihat fenomena tersebut di atas, maka saya tertarik meneliti lebih jauh tentang citra kinerja anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo menurut Mahasiswa Fisip Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Citra Adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek, dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut sedangkan reputasi adalah tujuan sekaligus merupakan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia humas ( Soleh Soemirat dan Elfinaro, 2003 : 114 )
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang di emban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.
Melalui metode penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan keadaan atau gejala sosial apa adanya tanpa melihat hubungan-hubungan sosial yang ada dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner, dokumentasi maka data yang sudah terkumpul dianalisis dengan memeriksa data ( editing ). Tabulasi data, pemberian kode kemudian dimasukkan dalam tabel-tabel yang bertujuan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau pernyataan yang terjadi.
1.2              Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana Citra Kinerja Anggota Dewan Kabupaten Sidoarjo Menurut Mahasiswa Fisip Universitas Muhammadiyah Sidoarjo?
  2. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan kinerja Anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan pelaksanaan fungsinya?
1.3              Tujuan Penelitian
Kegiatan ini dilakukan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahaui dan mendiskripsikan citra DPRD Kota Sidoarjo sebagai lembaga Legislatif daerah dalam kaitannya membangun partisipasi melalui pola-pola penyerapan aspirasi masyarakat.
1.4              Manfaat Penelitian
Adapun mafaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Di Harapkan melalui penelitian ini, didapatkan gambaran secara utuh mengenai begimana peran dan fungsi DPRD khususnya DPRD Kab. Sidoarjo dalam menyerap aspirasi dan juga dalam membangun partisipasi masyarakat.
  2. Juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan konsep atau teori administrasi pada umumnya, dan pola-pola pemberdayaan serta partisipasi masyarakat pada khususnya.
  3. Di harapkan juga dapat ditemukan korelasi yang jelas antara penyerapan aspirasi dengan partisipasi masyarakat sehingga dapat di jadikan umpan balik bagi DPRD Kabupaten Sidoarjo khususnya dalam merumuskan serta meningkatkan peran dan fungsinya terkait dengan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.
  4. Merupakan upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan bagi peneliti khsusunya dan bagi masyarakat pada umumnya.
1.5       Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut:
  • Melakukan studi kepustakaan terhadap berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Topik-topik yang akan dikaji antara lain meliputi: pengenalan Anggota DPRD pada mahasiswa FISIP Umsida kampus 1 tahun 2011 melalui foto cetakan dan profilnya.
  • Menyiapkan training data set yang akan digunakan untuk proses pembelajaran dari sistem. Data yang diperoleh adalah dari angket yang disebar.
  • Merancang sistem penyebaran angket kepada Mahasiswa FISIP umsida kampus 1 tahun 2011.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1        Penelitian Terdahulu
Peran DPRD Jambi dalam pembentukan Perda
Oleh, Aji, Jakarta Selatan, 2012
permasalahan yang terkait Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi Dalam Pembentukan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan sebagai berikut:
  1. Bagaimana latar belakang pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 4 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan?
  2. Bagaimana pelaksanaan pembentukan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan?
  3. Bagaimana peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi dalam pembentukan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011?
  4. Bagaimana hubungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi dalam pembentukan Peraturan Daerah (PERDA) No. 4 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan?
2.2.             Landasan Teori
Teori Aliran Kuantitatif (Riset Operasi dan Manajemen Sains)
Aliran kuantitatif mulai berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris kemudian membentuk Tim Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett. Tim ini terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari team tersebut. Amerika Serikat kemudian meniru, membentuk tim riset operasi seperti yang dibentuk Inggris.
Manajemen operasi merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Beberapa contoh model manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic Order Quantity), simulasi, analisis break-event, programasi lenier (linear programming).
** Sumbangan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting terutama dalam perencanaan dan pengendalian. Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks. Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat disederhanakan.
** Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Sayangnya model kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti oleh kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat persoalan perilaku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian potensi model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan lebih lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih berarti.
2.3.  Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi dan komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM dan perencanaan program
Langkah-langkah manajemen ilmiah yaitu:
1)      perumusan masalah
2)      penyusunan suatu model matematis
3)      penyelesaian model
4)      pengujian model
5)      penetapan pengawasan atas hasil
6)      pelaksanaan (implementasi)
Defenisi sistem begitu banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Shore & Voich (1974) sistem ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian. Menurut Gerald, et al. (1981)sistem ialah tata cara kerja yang saling berkaitan, dan bekerja sama membentuk suatu aktivitas atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem dapat dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya, sedangkan sistem terbuka ialah sistem yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Bentuk umum suatu sistem terdiri atas input, proses, output dan umpan balik. Umpan balik ialah hasil output untuk untuk memperbaiki input yang akan datang. Keempat unsur tersebut berada dalam suatu organisasi. Sebagai organisasi dengan sistem terbuka, maka organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan luarnya. Pendekatan sistem meliputi penerapan konsep-konsep yang cocok dari teori sistem untuk mempermudah pemahaman tentang teori organisasi dan praktik manajerial
Peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari input, proses, output sampai kepada outcome pendidikan. Dalam praktiknya, peningkatan mutu pendidikan selama ini belum menggunakan pendekatan sistem. Peningkatan mutu cenderung berpikir output oriented. Mutu pendidikan hanya dinilai dari output pendidikan seperti hasil belajar dan ujian nasional. Padahal, dengan berpikir sebagai suatu sistem, mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian nasional tetapi juga mutu input dan mutu prosesnya di dalam kelas.
Tidak banyak textbook metode penelitian yang secara tegas memposisikan dirinya bersosok kuantitatif atau kualitatif. Sebaliknya jamak beredar adalah buku-buku “bergenre” metode penelitian dengan judul yang terkesan isinya mencakup kedua pendekatan penelitian tersebut dan menyajikannya secara “adil”! Misalnya, “Metode Riset Bisnis”, “Pengantar Metode Penelitian”, “Metode Penelitian Sosial”, Riset Pemasaran, dll. Sebagian besar buku-buku tersebut sebenarnya adalah buku penelitian beraliran kuantitatif sejati karena tak sepotong pun kata kualitatif tersurat di dalamnya. Ada yang menyelipkan bahasan tentang penelitian kualitatif, namun hanya sepot-sepot alias sepotong-sepotong, rata-rata tidak lebih 1% dari porsi halaman untuk bahasan penelitian kualititatif.
Sampai suatu ketika saya menemukan buku berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi” karya Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, diterbitkan oleh Rajawali Pers, cetakan pertama tahun 2005, ber-ISBN 979-769-008-3. Saya sangat mengapresiasi “ketegasan” para penulisnya yang secara jujur menjuduli bukunya sebagai “Metode Penelitian Kuantitatif”. It’s all about quantitative method! Pembaca tidak akan “tertipu” karena buku ini memang fokus membahas metode penelitian kuantitatif. Ada bahasan tentang kualitatif namun hanya sebagai pengantar yang memaparkan perbedaannya dengan penelitian kuantitatif dan bagaimana memadu-padan kedua penelitan tersebut.
Selain “kejujuran” para penulisnya, keunggulan lain buku ini adalah berlimpahnya contoh-contoh sederhana mengenai konsep yang sedang dibahas, tak rumit dan begitu mudah dimengerti. Buku ini mengambil contoh kasus dari hasil penelitian seorang mahasiswi FISIP UI, sehingga pembaca seolah-olah dituntun dan diajak terlibat dalam pengalaman si mahasiswi dalam menyusun skripsinya, mulai dari merumuskan masalah, membuat disain penelitian, mengumpulkan data, menganalisis, hingga menyusun laporan penelitian. Utuh, komprehensif, dan holistik.
Pada bagian akhir buku ini (bab 10), disajikan sejumlah kasus yang dapat mempertajam pemahaman pembaca terhadap metode penelitian kuantitatif. Bentuknya seperti kuis. Pembaca disarankan untuk mencoba menjawab tanpa melihat kunci jawaban yang juga tersedia. Saya sangat menyarankan buku ini untuk mereka yang berniat mendalami metode penelitian khususnya kuantitatif, dan para mahasiswa yang sedang mempersiapkan skripsinya. Dijamin tidak menyesal, Anda akan dituntun menjadi seorang peneliti kuantitatif yang handal dengan dasar konseptual yang kokoh.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

3.1.      Rancangan Penelitian
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian  historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut
3.2.      Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat.
Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel  dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas  dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
3.3.      Instrumen penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan.
Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai. Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.
3.4.      Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkanmereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

3.5.      Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikandalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik.
Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu. Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.
3.6.      Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan
Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer    , yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian.
Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.
3.7.      Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.
BAB IV
PENUTUP
4.1      Kesimpulan
Berdasarkan   analisis   hasil   penelitian   dan   pembahasan   dapatlah disimpulkan antara lain :
1)       DPRD memiliki fungsi :
·         legislasi,berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah
·         anggaran,Kewenangan dalam hal anggaran daerah (APBD)
pengawasan,Kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah
Tugas dan wewenang DPRD :
  • Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.
  • Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang diajukan oleh kepala daerah.
  • Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.
  • Mengusulkan:
·         Untuk DPRD provinsi, pengangkatan/pemberhentian gubernur/wakil gubernur kepada Presiden melalui Menteri dalam negeri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan/pemberhentian.
·         Untuk DPRD kabupaten, pengangkatan/pemberhentian bupati/wakil bupati kepada Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri.
·         Untuk DPRD kota, pengangkatan/pemberhentian wali kota/wakil wali kota kepada Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri.
  • Memilih wakil kepala daerah (wakil gubernur/wakil bupati/wakil wali kota) dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.
  • Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.
  • Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
  • Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
  • Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
  • Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
2)         a.         Partisipasi masyarakat mempunyai kontribusi yang cukup signifikan
Untuk mencegah dan mengeliminir terjadinya praktek KKN dalam pembentukan kebijakan-kebijakan daerah, namun patut disesalkan sampai saat ini partisipasi masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat terealisir;
b.         Keterbukaan memberikan akses yang cukup signifikan untuk pendidikan politik rakyat daerah guna menghasilkan kebijakan daerah yang aspiratif, partisipatif dan demokratis.
4.2         Saran
Saran yang saya diajukan dari penelitian ini antara lain :
a.         Agar Perda tentang mekanisme partisipasi masyarakat untuk mengkritisi perencanaan dan pembentukan kebijakan daerah dalam jajaran Pemda Kabupaten Sidoarjo segera dapat direalisir;
b.         Agar segera ditempuh upaya-upaya kreatif dan dinamis untuk memberdayakan masyarakat  guna  berpartisipasi mengeleminir dan  memberantas praktek-praktek KKN dalam setiap kebijakan daerah, baik langsung maupun tidak langsung dalam jajaran Pemda Kabupaten Sidoarjo
c.         Agar tata tertib yang sudah di buat bisa dilaksanakan sebaik-baiknya oleh para anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soleh Soemirat dan Elfinaro, Dasar-dasar Public Relations, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007
2. Gerald, et al., Sistem pendekatan Kuantitatif (1981)
3. Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Rajawali Pers, cetakan pertama tahun 2005

Tidak ada komentar: