BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
yang biasanya lazim disingkat Diklat
merupakan sarana untuk membangun SDM menuju era globalisasi yang penuh
dengan tantangan. Karena itu kegiatan Diklat tidak dapat diabaikan begitu saja
terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam dan berat pada
saat seperti sekarang ini. Berkaitan dengan hal tersebut kita menyadari bahwa
Diklat merupakan kebutuhan dasar bagi karyawan.
Disadari ataupun tidak, penempatan karyawan dalam suatu
bidang kerja tidak dapat menjamin bahwa mereka akan otomatis sukses dalam
pekerjaannya. Karyawan baru sering tidak tahu pasti apa peranan dan tanggung
jawab mereka. Permintaan pekerjaan dan kemampuan karyawan harus diseimbangkan
melalui program orientasi dan pelatihan. Kedua kegiatan tersebut sangat
diperlukan oleh perusahaan. Apabila karyawan telah dilatih dan telah mahir
dalam bidang kerjanya, mereka memerlukan pengembangan lebih lanjut untuk
mempersiapkan tanggung jawab mereka di masa mendatang. Dengan mengikuti
perkembangan dan pertumbuhan yang ditandai dengan makin besarnya diverifikasi
tenaga kerja, bentuk organisasi dan persaingan global yang terus meningkat,
upaya pelatihan dan pengembangan memungkinkan karyawan untuk memperluas kewajiban
serta tanggung jawabnya yang lebih besar. Meskipun kegiatan pelatihan dapat
membantu karyawan untuk mengerjakan tugasnya yang ada sekarang, manfaat
kegiatan pelatihan dapat diperluas melalui pembinaan karir karyawan dan
membantu mengembangkan karyawan tersebut untuk mengemban tanggung jawabnya yang
akan datang.
Melihat pentingnya peranan diklat akan kelangsungan suatu
perusahaan, dimana sebagai sebuah perusahaan BUMN, untuk bisa tetap
hidup atau survive maka dituntut untuk mampu bersaing dengan perusahaan
lain. Situasi persaingan hanya bisa dimenangkan kalau perusahaan memiliki
tenaga kerja yang handal atau terampil. Oleh karena itu penulisan tugas akhir ini menjelaskan pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan utamanya pada
pelatihan penjenjangan untuk pegawai struktural di PT. (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III, tempat dimana dilakukannya penelitian selama kurang lebih 1
bulan.
Dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan pegawai PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III memiliki prosedur yang
sudah ditetapkan sehingga proses pelatihan karyawan dapat berjalan dengan baik.
Namun pada kenyataannya di lapangan ada kendala-kendala dalam proses
pelaksanaan pelatihan karyawan PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III antara lain adalah tidak tersedianya gedung diklat sendiri,
sehingga pihak Organisasi dan Pengembangan SDM khususnya yang membawahi bidang
Pendidikan dan Pelatihan kesulitan dalam menentukan jadwal karena harus
menyesuaikan dengan jadwal gedung diklat yang akan ditempati. Kendala lain yang
dihadapi adalah adanya tindakan indisipliner pegawai seperti seringnya
terlambat masuk dan ijin tidak mengikuti pelatihan. Kondisi seperti ini jelas
sangat mengganggu pelaksanaan diklat selain peserta kurang memahami pelatihan,
hasil yang dicapaipun tidak maksimal. Selain itu ada satu lagi kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan diklat penjenjangan yang dilaksanakan oleh PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III yaitu anggaran diklat yang diberikan terlalu
kecil sehingga pelaksanaan diklat harus benar-benar disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia.
Sebagaimana
permasalahan di atas penulisan tugas akhir ini ingin memahami pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan pegawai pada PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III melalui judul “PELAKSANAAN DIKLAT PENJENJANGAN UNTUK PEGAWAI STRUKTURAL PADA PT (PERSERO) PELABUHAN
INDONESIA III”.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dikemukakan sesuai dengan latar belakang masalah di
atas adalah:
1. Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan Pendidikan dan
Pelatihan Penjenjangan untuk pegawai struktural pada PT (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III?
2. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Penjejangan untuk pegawai struktural
pada PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan mekanisme pelaksanaan Pendidikan
dan Pelatihan Penjejangan untuk pegawai struktural pada PT (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III.
2. Untuk mendeskripsikan kendala atau hambatan yang
dihadapi selama pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Penjejangan untuk
pegawai struktural pada PT (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia III.
D. Manfaat
Diharapkan
dengan adanya penulisan Tugas Akhir ini dapat terjadi dialog antar pegawai
setempat sehingga dapat terjadi sharing pendapat dan dapat menambah
wawasan kedua belah pihak. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut:
1. Manfaat
Umum ;
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi dunia pendidikan administrasi khususnya dalam ilmu administrasi
kajian pelatihan guna pengembangan sumber daya manusia dan keilmuan
administrasi pada umumnya.
2. Manfaat
Khusus ;
a. Bagi
Mahasiswa ;
1) Dapat
mengaplikasikan teori dan praktek yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
2) Mahasiswa
dapat menyerap pengetahuan dan keterampilan dalam hal proses pelatihan
karyawan.
3) Memberikan
pengalaman untuk mengetahui dunia kerja nyata.
4) Mendapatkan
perbandingan teori yang didapat dibangku perkuliahan dengan kegiatan selama
penelitian.
b. Bagi
Program Studi DIII Administrasi Negara ;
Diharapkan dapat menciptakan hubungan yang
harmonis antara UNESA dengan PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III.
c. Bagi
PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III ;
1) Memberikan
masukan informasi dalam perbaikan sistem yang ada guna menimbulkan kepuasan
kerja bagi karyawan maupun untuk instansi.
2) Dapat
menambah masukan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelatihan karyawan
pada PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Dasar Hukum
Dasar
hukum pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pada PT (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III adalah:
1. Surat Keputusan Bersama Direksi PT (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia I, II, III, IV dan PT (PERSERO) Pengerukan Indonesia Nomor DL.21/7/7/P.I-98, HK.56/3/34/PI.II-98, SKEP.54.A/KP.2.07/P.III-98
tanggal 21 Agustus 1998 tentang Kurikulum Diklat Penjenjangan Manajerial di
Lingkungan PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia I, II, III, IV dan PT (PERSERO)
Pengerukan Indonesia.
2. Keputusan Direksi PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
Nomor SKEP.202/KP.03/P.III-98 tanggal 10 Juli 1998 tentang Pengangkatan dalam
Kelas Jabatan Pegawai PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III.
3. Keputusan Direksi PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
Nomor KEP.8.1/KP.0.04/P.III-99 tanggal 5 Pebruari 1999 tentang Peraturan
perusahaan di Bidang Kepegawaian PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III yang
telah disahkan Menteri Tenaga Kerja Dengan Surat Keputusan Nomor
Kep.125/M/BW/PK/99 tanggal 14 April 1999.
4.
Keputusan Direksi PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
Nomor KEP.22/KP.1.01/P.III-2000 tanggal 19 Juli 2000 tentang Pembinaan Mutasi
Pagawai PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III.
|
5. Keputusan Direksi PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
Nomor KEP.23/KP.1.01/P.III-2000 tanggal 19 Juli 2000 tentang Pembinaan Karier
Pegawai PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia
III.
B. Pengertian
Pelatihan
Pendidikan
dan Pelatihan adalah “Sebagai usaha terencana dari organisasi untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai” (Hariandja,
2002:168)
Pendapat
lain Pendidikan dan Pelatihan adalah “Suatu usaha untuk memperbaiki pengetahuan berbagai keterampilan
dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin yang bertujuan untuk
menyiapkan para pegawai melaksanakan pekerjaan sekarang dan yang akan datang”
(Handoko, 2001:104).
Menurut
Notoadmojo (2003:25) Pendidikan dan pelatihan yaitu “Upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama untuk mengembangkan
intelektual dan kepribadian manusia”.
Berdasarkan
pemikiran para ahli tentang pengertian dari Pendidikan dan Pelatihan di atas,
penulis dapat mengambil suatu kesimpulan secara umum bahwa pengertian dari
Pendidikan dan Pelatihan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu
instansi baik negeri maupun swasta yang dilaksanakan secara rutin yang
bertujuan untuk meningkatkan kecakapan, pengetahuan dan kepribadian pegawai
untuk melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang.
C. Jenis
Pendidikan dan Pelatihan
Menurut
Sastrohadiwiryo (2005:201) pendidikan dan pelatihan jika dilihat dari
sasarannya dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.
Pelatihan
Prajabatan (Preservice Training)
Pelatihan
prajabatan merupakan pelatihan yang diberikan kepada tenaga kerja baru dengan
tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan dapat terampil melaksanakan tugas
dan pekerjaan yang akan dipercayakan kepadanya.
Pelatihan
prajabatan merupakan pendidikan pelatihan yang khusus diberikan kepada tenaga
kerja baru, setelah mereka mengalami proses sebelumnya, baik seleksi maupun
penempatan yang dilaksanakan untuk itu. Ini merupakan pendidikan pelatihan yang pertama diikuti tenaga kerja
dalam perusahaan tempat mereka bekerja saat itu. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan tujuan agar tenaga kerja yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan
dalam dunia barunya, dapat lebih terampil menyelesaikan tugas dan pekerjaan
yang akan diberikan kepadanya. Selain tujuan tersebut, mereka dapat menghindari
hal-hal yang dipandang kurang efisien dan efektif, misalnya sering salah dalam
pekerjaan, pemborosan (pengeluaran) yang tak berarti dan sebagainya.
Pelatihan prajabatan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pelatihan prajabatan yang bersifat
umum dan pelatihan prajabatan yang bersifat khusus.
a.
Pelatihan Prajabatan yang bersifat Umum
Yaitu
pelatihan prajabatan yang harus diikuti tenaga kerja baru mengenai hal-hal umum
yang menyangkut seluruh lingkungan perusahaan, termasuk segala peraturan dan
kebijakan yang berlaku dalam perusahaan, sifatnya tertulis maupun tidak
tertulis.
Pelaksanaan pelatihan prajabatan yang bersifat umum dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan:
1)
Pelatihan
prajabatan tingkat I
Yaitu pelatihan
prajabatan yang diperuntukkan bagi para tenaga kerja biasa yang tidak akan
diserahi jabatan tertentu dalam perusahaan tempat mereka bekerja, Misalnya para
operator, pekerja lapangan dan sebagainya.
2)
Pelatihan
prajabatan tingkat II
Yaitu pelatihan prajabatan yang yang diperuntukkan bagi
tenaga kerja yang menduduki/diserahi suatu jabatan tertentu dalam tingkatan lower manager. Misalnya para kepala shift, supervisor, kepala seksi, mandor,
kepala mandor dan sebagainya.
3)
Pelatihan
prajabatan tingkat III
Yaitu
pelatihan prajabatan yang diperuntukkan bagi tenaga kerja yang
menduduki/diserahi suatu jabatan tertentu dalam tingkatan middle manager atau manajer tingkat menengah dan anggota board of director (dewan direksi) serta
presiden perusahaan. Misalnya: kepala bagian, kepala
divisi, para manajer bidang dan sebagainya.
b.
Pelatihan
Prajabatan yang bersifat Khusus
Yaitu pelatihan prajabatan yang dilaksanakan para tenaga
kerja tertentu untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan memerlukan pengetahuan
dan keterampilan secara khusus. Jadi, pelatihan prajabatan bersifat khusus
ruang lingkupnya terbatas pada kegiatan yang bersifat teknis dan terbatas pada
satu lingkungan pekerjaan saja.
2.
Pelatihan
Dalam Jabatan (In Service Training)
Pelatihan
dalam jabatan adalah suatu pelatihan tenaga kerja yang dilaksanakan dengan
tujuan meningkatkan kualitas, keahlian, kemampuan dan keterampilan para tenaga
kerja yang bekerja dalam perusahaan. Pelatihan dalam jabatan ini dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pelatihan dalam jabatan yang bersifat umum
dan pelatihan prajabatan yang bersifat khusus.
a. Pelatihan Dalam Jabatan yang bersifat Umum
Yaitu pelatihan dalam jabatan yang diselenggarakan untuk
para tenaga kerja, baik tingkat manajer puncak (top manager), manajer menengah (middle
manager) dan manajer bawah (lower
manajer) maupun para pekerja lapangan (workers).
b. Pelatihan Dalam Jabatan yang bersifat Khusus
Yaitu pelatihan dalam jabatan yang
diselenggarakan untuk para tenaga kerja yang ada dalam perusahaan akibat adanya
inovasi baru atas segala sarana dan prasarana yang digunakan perusahaan dengan
tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan mampu mempergunakan dan
mengoperasikan sarana dan prasarana tersebut. Misalnya, adanya pergantian mesin
yang digunakan dalam perusahaan menuntut tenaga kerja untuk mampu
mengoperasikan serta mampu memeliharanya, serta adanya proses komputerisasi
dalam perusahaan.
D. Sasaran
Pelatihan
Setiap kegiatan tentunya harus mempunyai
sasaran yang jelas, sasaran tersebut memuat hasil yang ingin dicapai dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian juga dengan program pelatihan. Hasil
yang ingin dicapai hendaknya dirumuskan dengan jelas agar langkah-langkah
persiapan dan pelaksanaan pelatihan
dapat diarahkan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Sasaran pelatihan yang dirumuskan dengan jelas akan
dijadikan acuan penting dalam menentukan materi yang akan diberikan, cara dan
sarana-sarana yang diperlukan. Sebaliknya, sasaran yang masih terlalu umum akan
menyulitkan penyiapan dan pelaksanaan pelatihan sehingga dapat menjawab
kebutuhan pelatihan.
Menurut
Rivai (2006:228) sasaran yang dirumuskan dengan jelas akan bermanfaat dalam:
1. Menjamin Konsistensi dalam menyusun program pelatihan yang mencakup materi,
metode, cara penyampaian, sarana pelatihan;
2. Memudahkan komunikasi antara penyusun program pelatihan dengan pihak yang
memerlukan pelatihan;
3. Memberikan kejelasan bagi peserta tentang apa yang harus dilakukan dalm
rangka mencapai sasaran;
4. Memudahkan penilaian peserta dalam mengikuti pelatihan;
5.
Memudahkan
penilaian hasil program pelatihan;
6. Menghindari kemungkinan konflik antara penyelenggara dengan orang yang
meminta pelatihan mengenai efektivitas pelatihan yang diselenggarakan.
Selain itu, perlu diketahui jenis sasaran pelatihan,
sehingga setiap pelatihan yang diselenggarakan akan mencapai sasaran:
1.
Berdasarkan
tingkatannya
a. Sasaran primer, sasaran ini merupakan inti dari program pelatihan. Sasaran
primer ini sangat penting karena akan memberikan arti kejelasan dan kesatuan
atas segala kegiatan selama kegiatan pelatihan berlangsung.
b. Sasaran sekunder, sasaran ini merupakan inti dari masing-masing pelajaran
dalam suatu program pelatihan. Sasaran sekunder ini sesungguhnya sebagai
penjabaran lebih lanjut dan sekaligus bagian integral dari sasaran primer.
2.
Berdasarkan
kontennya
a. Berpusat pada Kegiatan instruktur, yaitu menggambarkan apa yang dilakukan
instruktur selama pelatihan dilaksanakan (seperti: mendemonstrasikan cara menggunakan program Micosoft Word).
b. Berpusat pada bahan pelajaran, yaitu menggambarkan bahan yang disampaikan
dalam pelatihan (seperti: prosedur
mengaktifkan computer).
c. Berpusat pada kegiatan peserta,
yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan peserta selama pelatihan (seperti: peserta mampu menggunakan computer).
E. Manfaat
Pelatihan
Program
pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan tentunya
mengarah pada suatu tujuan yang ingin dicapai yang telah ditentukan sebelumnya.
Di balik tujuan tersebut pastinya terdapat manfaat-manfaat yang dapat diperoleh
baik untuk pegawainya sendiri, untuk perusahaan maupun untuk hubungan SDM,
intra dan antar grup dan pelaksanaan kebijakan.
Manfaat yang dapat diperoleh dalam pendidikan dan
pelatihan menurut Rivai (2006:231) adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat
untuk pegawai
a.
Membantu
pegawai dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah dengan lebih efektif;
b. Melalui pendidikan dan pelatihan, variable pengenalan, pencapaian
prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab dan kemajuan dapat diinternalisasi dan
dilaksanakan;
c. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri;
d. Memberikan informasi tentang meningkatnya pengetahuan kepemimpinan,
keterampilan komunikasi dan sikap;
e. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan;
f. Membantu pegawai mengatasi stres, tekanan, frustasi dan konflik;
g. Membantu menghilangkan rasa takut dalam melaksanakan tugas baru.
2.
Manfaat
untuk perusahaan
a. Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit;
b. Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level perusahaan.
c.
Memperbaiki
moral SDM.
d. Meningkatkan hubungan antara bawahan dengan atasan;
e.
Membantu
pengembangan perusahaan;
f. Memberikan informasi tentang kebutuhan perusahaan di masa depan;
g. Perusahaan dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah dengan lebih
efektif;
h. Membantu pengembangan keterampilan kepemimpinan, motivasi, loyalitas,
sikap dan aspek lain yang bisanya diperlihatkan pegawai;
i. Membantu meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas dan kualitas
kerja;
j. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kompetensi dan pengetahuan
perusahaan.
3. Manfaat dalam hubungan SDM, intra dan antar grup dan pelaksanaan
kebijakan
a. Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual;
b. Membantu dalm orientasi bagi pegawai baru dan transfer atau promosi;
c. Memberikan informasi tentang kesamaan kesempatan dan aksi alternatif;
d. Memberikan informasi tentang hukum pemerintah dan kebijakan
internasional;
e. Meningkatkan keterampilan interpersonal;
f. Meningkatkan kualitas moral;
g. Memberikan iklim yng baik untuk belajar, ertumbuhan dan koordinasi;
h. Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan
hidup.
F. Kebutuhan Pelatihan
Kebutuhan
pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal harus dicermati oleh suatu
perusahaan, karena dengan memahami kebutuhab akan pendidikan dan pelatihan akan
sangat membantu perusahaan dalam menentuka langkah-langkah dimulai dari
pemilihan peserta sampai dengan tahap evaluasi.
Kebutuhan
pendidikan dan pelatihan menurut Rivai (2006:233) dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) macam yaitu:
1. Kebutuhan memenuhi kebutuhan sekarang
Kebutuhan ini biasanya dapat dikenali dari prestasi
pegawainya yang tidak sesuai dengan hasil kerja yang dituntut pada jabatan itu.
Meskipun tidak selalu penyimpangan ini dapat dipecahkan dengan pelatihan.
2. Memenuhi kebutuhan tuntutan jabatan yang lainnya
Pada tingkat hierarki manapun dalam perusahaan sering
dilakukan rotasi jabatan. Alasannya bermacam-macam, ada yang menyebutkan untuk
mengatasi kejenuhan, ada juga yang menyebut untuk membentuk orang yang
generalis. Seorang manajer keuangan, sebelum dipromosikan menjadi general
manajer tentunya perlu melewati jabatan fungsional lainnya.
3. Untuk memenuhi tuntutan perubahan
Perubahan-perubahan, baik intern (perubahan sistem,
struktur organisasi) maupun ekstern (perubahan teknologi, perubahan orientasi
bisnis perusahaan) sering memerlukan adanya tambahan pengetahuan baru. Meskipun
pada saat ini tidak ada persoalan antara kemampuan orangnya dengan tuntutan
jabatannya, tetapi dalam rangka menghadapi perubahan di atas dapt diantisipasi
dengan pelatihan yang bersifat potensial.
G. Identifikasi
Kebutuhan Pelatihan
Identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat
dipahami salah satucaranya dengan menganalisa kesenjangan atau perbedaan
pengetahuan keterampilan dan sikap kerja pegawai yang menempati posisi jabatan
tertentu dalam suatu perusahaan dengan caramengumpulkan dan menganalisa
informasi-informasi dan fakta-fakta yang terjadi.
Langkah-langkah untuk melakukan identifikasi kebutuhan
menurut Rivai (2006:234) dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1. Membandingkan uraian jabatan pekerjaan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki pegawai atau calon pegawai.
2. Menganalisis penilaian prestasi. Beberapa prestasi di bawah standar
dianalisis dan ditentukan apakah penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh
Karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan pegawainya.
3. Menganalisis catatan pegawai, dari catatan pegawai yang berisi tentang
latar belakang pendidikan, hasil tes seleksi penerimaan, pelatihan yang pernah
diikuti, promosi, demosi, rotasi, penilain prestasi secara pariode, temuan
hasil pemeriksaan satuan pemeriksaan, kegagalan kerja, komplain dari pelanggan,
produktivitas kerja menurun dan lain-lain. Dari catatan ini bisa ditentukan
kekurangan-kekurangan yang dapat diisi melalui pelatihan, dan jika masih
memiliki potensi untuk dikembangkan.
4. Menganalisis laporan perusahaan lain, yaitu tentang keluhan pelanggan,
keluhan pegawai, tingkat absensi, kecekatan kerja, kerusakan mesin dan
lain-lain yang dapat dipelajari dan disimpulkan adanya kekurangan-kekurangan
yang biasa ditanggulangi dengan pelatihan.
5. Menganalisis masalah. Masalah yang dihadapi secara umum dipisahkan ke dalam
dua masalah pokok, yaitu masalah yang menyangkut masalah system dan SDM-nya.
Masalah yang menyangkut masalah SDM sering ada implikasinya dengan pelatihan.
Jika perusahaan menghadapi masalah utang-piutang biasanya digunakan sistem
penagihan dan melatih pegawai yang menangani masalah tersebut.
6. Merancang jangka panjang perusahaan. Rancangan jangka panjang ini mau tidak
mau memasukkan SDM di dalam prosesnya. Jika dalam prosesnya banyak sekali
mengantisipasi adanya perubahan-perubahan, kesenjangan potensi dan keterampilan
dapat dideteksi sejak awal. Dari kebutuhan pelatihan yang bersifat potensial
ini dapat dirumuskan sasaran dan rancang programnya.
H. Langkah-langkah
Pelatihan
Agar
pendidikan dan pelatihan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan
mencapai tujuan yang diinginkan, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
sesuai dengan gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1 Langkah-langkah Pendidikan Pelatihan
|
Sumber (Rivai,2006:233)
Penjelasan:
1.
Penilaian
Kebutuhan
Penilain
kebutuhan adalah suatu diagnosa untuk menentukan masalah yang dihadapi saat ini
dan tantangan di masa yang akan mendatang yang harus dapat dipenuhi oleh
program pendidikan dan pelatihan.
Untuk itu ada 6 (enam) langkah sistematis untuk
mengetahui/menilai kebutuhan pelatihan (TNA
/ Traning Need Analysis), yaitu:
a. Mengumpulkan data untuk menentukan lingkup kerja TNA.
b. Menyusun uraian tugas menjadi sasaran pekerjaan atau kegiatan dari
sasaran yang telah ditentukan.
c. Mengukur instrumen untuk mengukur kemampuan kerja.
d. Melaksanakan pengukuran peringkat kemampuan kerja.
e. Mengolah data hasil pengukuran dan menafsirkan data hasil pengolahan.
f.
Menetapkan
peringkat kebutuhan pelatihan.
Melalui penilaian kebutuhan dapat diketahui masalah dan
tantangan masa depan yang harus dihadapi perusahaan dengan pendidikan dan
pelatihan. Misalnya, tekanan akibat kompetisi atau perubahan terhadap strategi
perusahaan mungkin menyebabkan menurunnya bisnis perusahaan dan perlu diadakan
perampingan usaha dan restrukrisasi perusahaan. Hasilnya, pekerja yang tersisa mungkin
memerlukan pelatihan.
2. Tujuan Pendidikan dan
Pelatihan
Tujuan pendidikan dan
pelatihan harus dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh perusahaan serta
dapat membentuk tingkah laku yang diharapkan serta kondisi-kondisi bagaimana
hal tersebut dapat tercapai. Tujuan yang dinyatakan ini kemudian menjadi
standar kinerja individu dan program yang dapat di ukur. Langkah-langkah yang
secara spesifik dapat diukur dan pencapaian target tepat waktu sebagaimana
diuraiakan di atas memberikan pedoman kepada instruktur dan peserta pelatihan
untuk mengevaluasi kesuksesan mereka. Jika tujuan tidak terpenuhi, perusahaan
dikatakan gagal dalam melaksanakan program pendidikan dan pelatihan. Kegagalan dapat menjadi umpan balik bagi divisi pengembangan SDM dan
peserta pelatihan untuk evaluasi bagi program selanjutnya di masa mendatang.
3.
Materi Program
Materi program disusun dari estimasi
kebutuhan dan tujuan pelatihan. Kebutuhan di sini mungkin dalam bentuk
pengajaran keahlian khusus, menyajikan keperluan yang diperlukan, atau berusaha
untuk mempengaruhi sikap. Apapun materinya
program harus dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan peserta pelatihan. Jika tujuan perusahaan tidak tercapai, maka sumber daya menjadi sia-sia.
Peserta pelatihan harus dapat melihat bahwa materi harus dapat menganalisis
bahwa materi relevan dengan kebutuhan mereka atau motivasi mereka mungkin
rendah.
4.
Prinsip
Pembelajaran
Idealnya, pendidikan dam pelatihan
akan lebih efektif jika metode pelatihan disesuaikan dengan sikap pembelajaran
peserta dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan organisasi.
Prinsip pembelajaran
merupakan suatu guidline (pedoman) di
mana proses belajar akan berjalan lebih efektif. Semakin banyak prinsip ini
direfleksikan dalam pelatihan, semakin efektif pelatihan tersebut.
Prinsip-prinsip ini mengandung unsur partisipasi, pengulangan relevansi,
pengalihan (transfer) dan umpan balik.
I. Metode Pelatihan
Metode
yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan jenis pelatihan yang akan
dilaksanakan agar dapat menjadi satu kesatuan yang baik yang dapat menunjang
keberhasilan pelaksanaan dan tujuan pendidikan dan pelatihan. Berikut ini dalah
beberapa metode pelatihan menurut Rivai (2006:242):
1. On the Job Training
On the job training (OT) atau disebut
juga dengan pelatihan dengan instruksi pekerjaan sebagai suatu metode pelatihan
dengan cara pekerja atau calon pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang
riil, di bawah bimbingan dan supervisi dari pegawai yang telah berpengalaman
atau seorang supervisor. Salah satu pendekatan on the job training yang sistematis adalah Job Intruction Training (JIT). Melalui system ini, instruktur pertama kali memberikan pelatihan kepada
supervisor dan selanjutnya supervisor memberikan pelatihan kepeda pekerja. On the job training mencakup beberapa
langkah. Pertama, peserta menerima
penjelasan tantang pekerjaan, tujuan hasilnya dengan tekanan kepada relevansi
pelatihan. Kemudian pelatih menunjukkan pelerjaan untuk memberi contoh pada
peserta. Karena peserta diberi petunjuk pekerjaan, pelatihan ditransfer kepada
pekerja. Kemudian pekerja diberi kesempatan untuk meniru contoh pelatih. Demonstrasi si pelatih dan latihan peserta diulang-ulang sampai
pekerjaan dikuasai dengan baik oleh peserta. Demonstrasi yang dilakukan
berulang memberikan umpan balik. Akhirnya, pekerja melaksanakan pekerjaan tanpa
pengawasan, tetapi pelatih bisa saja mengunjungi peserta umtuk melihat apakah
ada pertanyaan.
2. Rotasi
Pelatihan silang
(cross-train) digunakan bagi karyawan agar mendapatkan variasi kerja, para
pengajar memindahkan peserta pelatihan dari tempat kerja ke satu tempat kerja
yang lainnya. Setiap perpindahan umumnya didahului dengan pemberian instruksi
kerja. Disamping memberikan variasi kerja bagi pegawai, pelatihan silang
(cross-train) turut membantu perusahaan ketika ada pegawai yang cuti, tidak
hadir perampingan atau terjadi pengunduran diri. Partisipasi peserta dan
tingkat transfer pekerjaan yang tinggi ada beberapa manfaat belajar untuk
menghadapi rotasi kerja. Meskipun rotasi kerja sering dikaitkan dengan pekerja
yang digaji berdasarkan jam kerja, ini dapat digunakan bagi jenis pekerjaan
lainnya dalm suatu perusahaan. Masing-masing program memberikan kesempatan
kepada para pekerja dengan bayaran perjam, rotasi menjadi cara yang efektif
untuk melatih dan fleksibel bagi manajemen dalam membuat penugasan. Diantara
pekerja manajerial, teknik, dan profesional, rotasi dapat memberikan perspektif
yang lebih luas, bahkan mengembangkan kemajuan karier.
3. Magang
Magang melibatkan
pembelajaran dari pekerja yang lebih berpengalaman dan dapat ditambah pada
teknik off the job training. Banyak pekerja keterampilan
tangan, seperti tukang pipa dan kayu, dilatih melalui program magang resmi.
Asistensi dan kerja sambilan disamakan dengan magang karena menggunakan
partisipasi tingkat tinggi dari peserta dan memiliki tingkat transfer tinggi
kepada pekerjaan.
Latihan sama dengan
magang karena latihan berusaha memberikan cotoh kepada peserta. Banyak
perusahaan menggunakan modal latihan karena kurang resmi dibanding dengan
magang karena lebih sedikit ruang kelas dan diadakan bila diperlukan dan bukan
program yang dirancang dengan cermat. Latihan ditangani oleh supervisor atau
manajer dan buksn departemen SDM. Kadang-kadang manajer atau profesional lain
berminat dan berperan sebagai mentor, memberikan keterampilan dan nasihat dalam
karier sekaligus. Partisipasi, umpan balik dan transfer pekerjaan lebbih tinggi
dalam bentuk belajar ini.
4. Pelatihan Vestibule
Agar pembelajaran
tidak mengganggu operasional rutin, beberapa perusahaan menggunkan pelatihan vestibule. Wilayah atau vestibule terpisah
dibuat dengan peralatan yang sama dengan yang digunakan dalam pekerjaan. Cara
ini memungkinkan adanya transfer, repetisi dan partisipasi serta material
perusahaan bermakna dan umpan balik.
5.
Permainan
Peran dan Model Perilaku
Permainan peran adalah alat yang
mendorong peserta untuk membayangkan identitas lain. Misalnya, pekerja pria
dapat membayangkan supervisor wanita dan sebaliknya. Kemudian keduanya
ditempatkan dalam situasi kerja tertentu dan diminta memberikan respon
sebagaimana harapan mereka terhadap lainnya.
Biasanya mereka melebih-lebihkan saja. Idealnya mereka harus dapat
melihat diri mereka sebagaimana orang lain melihatnya. Pengalaman ini
menciptakan empati dan toleransi lebih besar terhadap perbedaan individual dan
karenanya cara ini cocok untuk pelatihan keanekaragaman yang bertujuan untuk
menciptakan lingkungan kerja kondusif bagi keanekaragaman tenaga kerja. Teknik
ini juga digunakan untuk merubah sikap, misalnya untuk menigkatkan pemahaman
rasial. Juga membantu mengembangkan keterampilan interpersonal. Walaupun
terdapat partisipasi dan umpan balik, prinsip belajar lain sangat tergantung
pada situasi.
6. Case Study
Metode
kasus adalah metode pelatihan yang menggunakan deskripsi tertulis dari suatu
permasalahan riil yang dihadapi perusahaan atau perusahaan lain. Manajemen diminta untuk mempelajari
kasus untuk mengidentifikasi menganalisis masalah, mengajukan solusi, memilih
solusi terbaik, dan mengimplementasikan solusi tersebut. Peranan struktur
adalah sebagai katalis dan fasilitator. Seorang instruktur yang baik adalah
instruktur yang dapat melibatkan setiap orang untuk mengambil bagian dalam
pengambilan keputusan.
Dengan mempelajari suatu kasus, para
peserta pelatihan mempelajari suatu keadaan yang bersifat riil atau hipotesis
dan tindakan lain yang diambil pada keadaan itu. Di samping mempelajari dari
kasus tersebut, peserta dapat mengembangkan keahlian-keahlian dalam pengambilan
keputusan. Apabila kasus-kasus itu mempunyai manfaat dan ada hubungannya dengan
situasi kerja, berarti telah terjadi transfer pengetahuan. Selain itu, ada juga
manfaat bagi para peserta melalui acara diskusi suatu kasus. Meskipun begitu, umpan balik dan pengulangan dalam studi kasus biasanya
kurang. Peneltian menunjukkan bahwa teknik ini sangat efektif untuk
pengembangan keahlian penyelesaian masalah.
7. Simulasi
Permaianan simulasi dapat dibagi
menjadi dua macam. Pertama, simulasi
yang melibatkan simulator yang bersifat mekanik (mesin) yang mengandalkan
aspek-aspek utama dalam suatu situasi kerja. Simulasi mengemudi yang digunakan
dalam kursus mengemudi adalah salah satu contoh. Metode ini hampir sama dengan vestibule training, hanya saja simulator
tersebut lebih sering menyediakan umpan balik yang bersifat instant dalam suatu
kinerja. Kedua, simulasi komputer.
Untuk tujuan pendidikan dan pelatihan, metode ini sering berupa games atau permainan. Para pemain membuat suatu keputusan, dan komputer menentukan yang
terjadi sesuai dengan kondisi yang telah diprogramkan dalam komputer. Teknik
ini umumnya digunakan untuk melatih para manajer, yang mungkin tidak boleh
menggunakan metode trial and error untuk
mempelajari pembuatan keputusan.
8. Role Plying
Role playing adalah metode pelatihan yang
merupakan perpaduan antara metode kasus dan program pengembangan sikap.
Masing-masing peserta dihadapkan pada situasi dan diminta untuk memainkan
peranan, dan bereaksi terhadap taktik yang dijalankan oleh peserta lain.
Kesuksesan metode ini tergantung dari kemampuan peserta untuk memainkan
peranannya sebaik mungkin.
9. Outdoor Oriented Programs
Program
ini biasanya dilakukan di suatu wilayah yang terpencil dengan melakukan
kombinasi antara kemampuan di luar kantor dengan kemampuan di ruang kelas. Program ini dikenal dengan istilah outing,
seperti arung jeram, mendaki gunung, kompetisi tim, panjat tebing dan
lain-lain.
J. Evaluasi Pelatihan
Kegiatan
evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
pendidikan dan pelatihan. Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan akhir yang
dilaksanakan guna mengetahui apakah seluruh kegiatan pendidikan pelatihan yang
telah dilaksanakan dapat dipahami oleh peserta pelatihan. Indikasi yang efektif
untuk melihat keberhasilan pendidikan dan pelatihan adalah terletak pada hasil
akhirnya (out come):
Menurut
Rivai (2006:248) untuk melihat hasil evaluasi pelatihan dapat memperhatikan
hal-hal berikut ini:
1. Reaksi peserta pelatihan terhadap proses dan isi kegiatan pelatihan.
2. Pengetahuan atau proses belajar yang diperoleh melalui pengalaman
pelatihan.
3. Perubahan perilaku yang disebabkan karena kegiatan pelatihan.
4. Hasil atau perbaikan yang dapat diukur baik secara individu maupun organisasi,
seperti semakin rendahnya turnover
(berhenti bekerja), makin sedikit kecelakaan, makin kecilnya ketidakhadiran,
makin menurunnya kesalahan kerja, makin efisiennya penggunaan waktu dan biaya,
serta makin produktifnya pegawai dan lain-lain.
Menurut Sastrohadiwiryo (2005:220) beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam evaluasi pelatihan adalah sebagai berikut:
1. Langkah Pokok Dalam Evaluasi
Kegiatan evaluasi yang baik sekurang-kurangnya
meliputi perencanaan, pengumpulan data, verifikasi data, pengolahan data dan
Interpretasi data.
a.
Perencanaan
Langkah perencanaa merupakan persiapan umum dalam
kegiatan evaluasi. Dalam
langkah perencanaan ditempuh kegiatan sebagai berikut:
1) Penyusunan lay out atau
pendekatan umum yang mencakup ruang lingkup materi yang akan diadakan evaluasi
aspeknya, rincian instrument dan bentuk instrumen.
2) Penulisan instrumen.
3) Revisi instrumen, sehingga memiliki bentuk yang baik.
4) Penggandaan intrumen.
5) Analisis uji coba dan selanjutnya melakukan revisi.
b.
Pengumpulan
Data
Langkah
ini merupakan kegiatan evaluasi yang sesungguhnya, baik berbentuk ulangan,
ujian maupun tes.
c.
Verifikasi
Data
Setelah
data terkumpul melalui langkah pengumpulan data (pelaksanaan evaluasi),
selanjutnya data tersebut diperiksa untukmemisahkan data yang kurang baik dan
data yang baik. Data yang kurang baik tidak diolah.
d.
Pengolahan
Data
Setelah
diadakan scoring atau pemberian
nilai, nilai-nilai tersebut harus diolah menjadi sesuatu yang bermaksud. Untu7k
itu, data yang masih mentah (belum ditransfer) Agar menjadi data yang matang.
Prosedur pengolahan data ditempuh secara statistic maupun nonstatistik,
be4gantung pada jenis data yang diperoleh.
e.
Interpretasi
Data
Pada
hakikatnya langkah ini merupakan hasil verbalisasi hasil pengolahan data
sebagai cara mengkomunikasikan proses evaluasi yang telah dilaksanakan. Dalam interpretasi ini dinyatakan secara verbal hasil proses kegiatan
evaluasi secara totalitas.
2.
Teknik
dan Alat Evaluasi
Penetapan teknik dan alat yang digunakan dalam proses
evaluasi bergantung pada tujuan dari aspek aspek yang digunakan, waktu, sasaran
dan kegiatan evaluasi. Apabila akan mengadapi evaluasi kecakapan seseorang
dalam mengoperasikan (memprogram) bahasa computer maka teknik yang tepat adalah
menggunakan evaluasi praktek operasional computer, bukan tes lisan maupun tes
tulis.
Berdasarkan bentuknya, teknik evaluasi dibedakan
menjadi tes tertulis, tes lisan dan tes lisan.
a.
Tes
tertulis (Written test)
Teknik evaluasi secara tertulis (wriyyen test) memiliki cirri bahwa tes ini
dilakukan dengan komunikasi tertulis. Dalam komunikasi ini pertanyaan (soal)
disampaikan secara tertulis, sering disebut pula paper and pencil tesr.
b.
Tes
lisan (Oral Test)
Teknik evaluasi secara lisan (oral test) memiliki cirri
bahwa tes ini dilakukan dengan cara komunikasi secara lisan antara
pengajar/pelatih dengan peserta pelatihan dan pelatihan. Dalam komuniksai ini
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan
disampaikan secara lisan dan merupakan komuniksi langsung antara
pengajar/pelatih dengan peserta pendidikan dan pelatihan. Alat yang biasa yang
digunakan dalam lisan/oral test,
antara lain pedoman observasi dalam bentuk daftar cek dan skala penilaian.
c.
Tes
kinerja (Performance Test)
Tes kinerja dilakukan oleh pengajar atau pelatih dengan
mengobservasi perbuatan yang dilakukan para peserta dalam situasi tertentu.
Alat yang digunakan dalam tes ini hamper sama dengan yang digunakan dalam
lisan/oral test, antara lain dengan pedoman observasi, dalam bentuk daftar cek
(Check list), skala penilaian (rating scale), catatan anekdot (anecdot) dan jenis alat lain yang
digunakan, hendaknya sesuai dengan kinerja yang akan dievaluasi.
3. Sistem Pemberian Nilai (Scoring
System)
Pemberian nilai merupakan langkah yang cukup penting
dalam keseluruhan kegiatan evaluasi. Teknik dan pemberian nilai bentuknya
bermacam-macam. Hal ini bergantung dari tujuan evaluasi, alat evaluasi, bentuk
pertanyaan, system pengolahan dan sebagainya. Dengan demikian, ada yang
memberikan nilai langsung dengan nilai akhir atau nilai matang, ada pula yang
dimulai dengan nilai mentah, kemudian dioalah dan diuubah menjadi nilai matang.
Sistem penggunaan nilai matang pun dapat bermacam-macam bentuknya, seperi
standar 0-10, standar 0-100, stndar 0-4, dengan huruf dan sebagainya. Demikian
pula cara pemberian nilai untuk pertanyaan berbentuk essay berbeda dengan bentuk obyektif.
a. Sistem Pemberian
Nilai Berbentuk Essay
Dalam
prosedur pemberian nilai terutama bentuk essay
ada yang langsung dengan nilai akhir dengan system 0-100 (t. score) dan ada pula yang menilai
dengan skor mrntah dulu, bartu kemudian diolah secara statistika untuk
memperoleh nilai akhir.
Metode
atau prosedur pemberian nilai bentuk essay
pada umumnya dapat digolongkan menjadi tiga macam prosedur, yaitu sebagai
berikut:
1)
Methode
bagian (separated method), pada
setiap jawaban diadakan penilaian lang sesuai dengan system yang digunakan.
2) Metode Keseluruhan (Whole method), masing masing instrument
atau soal dinilai keseluruhan untuk seluruh peserta pendidikan dan pelatihan.
Jadi, misalnya mulai dinilai instrument nomor 1 untuk semua peserta, kemudian
instruman nomor 2 dan seterusnya. Pada yang sama korektor
akan menghadapi nomor intrumen yang sama.
3) Sistem pembobotan (weighting system),
setiap instrument diberikan bobot yang berbeda. Dengan demikian, intrumen yang menanyakan hafalan diberikan bobot yang
berbeda dengan instrument yang menanyakan pengertian. Instrumaen yang mudah
diberi bobot yang berbeda dengan instrumen yang sulit atau sedang.
b.
Sistem
Pemberian Nilai Berbentuk obyektif
Apabila
jumlah instrument 100, dapat digunakan cara klasik dalam penilain bentuk
obyektif, yaitu jumlah instrumen dikurangi dengan jumlah jawaban yang salah
(termasuk intrumen yang tak dijawab dianggap salah), sama dengan nilai (jawaban
yang salah).
Misalnya:
Jumlah instrumen 100
, dijawab 95, tak dijawab 5
Jawaban benar 70 dan
jawaban yang salah 25,
Maka nilainya adalah:
100-(25+5) = 70
Pada
umumnya cara diatas kurang akurat, sehingga banyak para tester berpendapat
bahwa pertanyan bentuk obyektif bukanlah nilai matang, jadi yang diperoleh
adalah nilai mentah yang masih harus diolah lagi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian untuk penulisan Tugas Akhir yaitu pada PT (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III yang tepatnya di Jalan Perak Timur nomor 610 Surabaya 60165.
Penulis memilih tempat ini untuk dijadikan lokasi penelitian karena kemudahan
untuk mendapatkan data yang diperlukan, sehingga akan sangat membantu penulis
untuk mempermudah menyelesaikan penulisan Tugas akhir.
B. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik
pengambilan sample untuk melengkapi penulisan Tugas Akhir ini menggunakan
teknik purposive sampling atau
disebut juga dengan sample pertimbangan peneliti. Hanya pegawai yang dianggap
ahli, mengetahui, mengerti, mengenal dan mengetahui pokok permasalahan dalam
pelaksanaan diklat yang berhak
memberikan informasi maupun data.
Pengambilan sampel diambil dari beberapa
pegawai di PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III khususnya pegawai yang
membidangi bidang pendidikan dan
pelatihan. Salah satunya adalah bapak Harry Subagyo selaku staff Perencanaan
dan Pengembangan SDM yang sekaligus sebagai pembimbing penulis untuk memperoleh
data mengenai pelaksanaan diklat. Apabila beliau mendapatkan kesulitan untuk
memberikan data yang penulis inginkan, beliau akan berkonsultasi dengan rekan kerja
yang lain untuk mencarikan solusinya.
C. Metode Pengumpulan Data
Data
yang diperoleh berasal dari sumber-sumber yang ada pada PT (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III yaitu berupa buku-buku, artikel, dokumen, dan wawancara yang
menyangkut bahasan yang diambil. Dalam pengambilan data
digunakan beberapa teknik yaitu antara lain:
1.
Obervasi
Observasi adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian dimana
peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.
Penyelesaian terhadap peristiwa-peristiea itu dilakukan dengan menggunakan
panca indra manusia yang kemudian dicatat secara seobyektif mungkin (Bargini,
2001:142)
2.
Wawancara
Metode wawancara juga biasa disebut dengan metode
interview adalah “Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara”
(Bargini 2001:142). Tanya jawab yang berlangsung dengan pegawai PT (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia III yang membawahi bidang diklat bertujuan untuk memperoleh
informasi yang berhubungan dengan pokok bahasan yang ingin diteliti oleh
penulis.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah “Mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasati, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.”
(Arikunto : 2002, 206).
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu “Suatu
data yang yang menggambarkan atau melukiskankan keadaan subyek atau obyek yang
diamati pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol” (Arikunto :2006:239).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Kondisi
Umum
1.
Sejarah Singkat PT. (Persero) PELINDO III Surabaya
PT. (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III bermula sejak pengambil alihan kekuasaan dari pemerintah Jepang
pada tahun 1945 dan sampai dengan tahun 1960, pengelolaan pelabuhan dilakukan
dengan berpedoman pada IBW, ICW, dan AHR yang merupakan produk hukum kolonial
Belanda.
Sejak
tahun 1960, pelabuhan mulai dikelola secara nasional dalam bentuk Perusahaan
Negara. Bentuk Perusahaan Negara pelabuhan dalam likuidasi pada tahun 1960
sampai dengan 1969, kemudian berubah menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP)
tahun 1969.
Pada
tahun 1984 di Indonesia dibentuk perusahaan Umum Pelabuhan I, II, III, dan IV,
sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 16 tahun 1983 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 tahun 1985, dimana Perum Pelabuhan III mengelola Pelabuhan Umum yang
diusahakan pada propinsi: Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Timor Timur, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan selatan dan kalimantan tengah.
Kemudian sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 1991, maka pada tanggal 1 Desember 1992, bersamaan
dengan perusahaan Umum Pelabuhan lainnya berubah status menjadi Badan Hukum PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III dengan wilayah usaha yang sama dengan
sebelumnya, kecuali Timor Timur.
Sejenis
dengan arah pengembangan usaha, saat ini PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
berkedudukan di Surabaya, memiliki 18 kantor cabang yang mengelola 43 Pelabuhan
dan 5 anak Perusahaan tersebar 7 propinsi, yaitu :
a. Propinsi
Jawa Timur
1) Pelabuhan
Tanjung Perak, Surabaya ;
2) Pelabuhan
Gresik ;
3) Pelabuhan
Tanjung Wangi, Banyuwangi ;
4) Pelabuhan
Tanjung Tembaga, Probolinggo ;
5) PT.
Terminal Petikemas Surabaya (Anak Perusahaan) ;
6) PT.
Rumah Sakit PELINDO III Surabaya (Anak Perusahaan);
7) PT.
PORTEK (Anak Perusahaan) ;
8) PT.
BJTI (Anak Perusahaan).
b. Propinsi
Jawa Tengah
1) Pelabuhan
Tanjung Emas, Semarang ;
2) Pelabuhan
Tanjung Intan, Cilacap ;
3) Pelabuhan
Tegal.
c. Propinsi
Bali
1) Pelabuhan
Benoa ;
2) Pelabuhan
Celukan Bawang.
d. Propinsi
Nusa Tenggara Barat
1)
Pelabuhan Lembar ;
2)
Pelabuhan Bima.
e. Propinsi
Nusa Tenggara Timur
1)
Pelabuhan Tenau, Kupang ;
2)
Pelabuhan Maumere ;
3)
ENM ;
4)
IPI.
f. Propinsi
Kalimantan Selatan
1)
Pelabuhan Banjarmasin ;
2)
Pelabuhan Kotabaru ;
3)
PT. Alur Barito (Anak Perusahaan).
g. Propinsi
Kalimantan Tengah
1)
Pelabuhan Sampit ;
2) Pelabuhan
Kumai ;
3)
Pelabuhan Pulang Pisau ;
4)
Pelabuhan Bumiharjo ;
5)
Pelabuhan Bagendang.
2.
Bidang Jasa PT. (PERSERO) PELINDO III Surabaya
a.
Penyediaan Jasa Fasilitas Dasar (Infrastruktur)
1) Perairan dan kolam pelabuhan ;
2)
Dermaga untuk tambat kapal dan bongkar muat kargo dan penumpang
;
3)
Tanah dan bangunan di pelabuhan ;
4)
Jaringan jalan, saluran pembuangan air, penerangan.
b. Penyediaan Jasa Pelayanan (Services)
1) Jasa pemanduan atau penundaan ;
2)
Jasa terminal bongkar muat kargo dan penumpang ;
3)
Jasa penyediaan peralatan bongkar muat ;
4) Jasa supplay air kapal, listrik, dan BBM ;
5)
Jasa teknologi informasi atau informasi pelayanan
pelabuhan;
6)
Jasa pencegahan pemadam bahaya kebakaran ;
7) Jasa survey dan tally muatan.
c. Jasa Penunjang Pelabuhan (Port Related Services)
1) Perkantoran dan Bank ;
2)
Distribusi kargo atau pusat konsolidasi (Storage,
Tanki, dll) ;
3) Depo kontainer, maintenance dan services ;
4) Pemeliharaan peralatan bungkar muat ;
5) Rumah Sakit Pelabuhan ;
6) Truck Parking Services.
3. Strukur Organisasi
Bentuk
organisasi yang ada pada saat ini adalah organisasi Pusat PT. (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia III Surabaya yang terdiri atas para pegawai atau unit-unit
yang secara langsung ikut serta menghasilkan tercapainya tujuan organisasi. PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III Surabaya terdiri dari Direktur Utama,
membawahi :
a. Direktur Personalia dan Umum, membawahi :
1)
Senior Manajer Umum / Kepala Kantor Pusat :
a) Asisten Manajer Tata Usaha Perusahaan
b) Asisten Manajer Keuangan Kantor Pusat
c) Asisten Keuangan Rumah Tangga Perusahaan
d) Asisten Manajer Pengamanan Perusahaan
2)
Senior Manajer Administrasi dan Kesra :
a) Asisten Manajer Administrasi dan SDM
b)
Asisten Manajer Kesra dan Tata Tertib Kerja
3)
Senior Manajer Organisasi dan Diklat :
a)
Asisten Manajer Organisasi dan Pengambangan SDM
b) Asisten Manajer Pendidikan dan Pelatihan
4)
Senior Manajer Perencanaan dan Pengembangan SDM :
a) Asisten Manajer Perencanaan SDM
b) Asisten Manajer Pengembangan SDM
b. Direktur Keuangan, membawahi :
1)
Senior Manajer Kemitraan dan Bina Lingkungan :
a)
Asisten Manajer Bidang Analisa dan Seleksi
b)
Asisten Manajer Bidang Pembinaan dan Pelaporan
2) Senior Manajer Perbendaharaan :
a)
Asisten Manajer Hutang Piutang dan Pengelolaan Aset
b)
Asisten Manajer Pendayagunaan Dana Perusahaan dan
Pengelolaan Persediaan
3) Senior Manajer Akuntansi Keuangan :
a) Asisten Manajer Akuntansi dan Pelaporan
b)
Asisten Manajer Akuntansi dan Aktiva Tetap
c) Asisten manajer Akuntansi Perpajakan
4) Senior Manajer Akuntansi Manajemen :
a) Asisten Manajer Anggaran
b) Asisten Manajer Analisa dan Evaluasi
c. Direktur Operasi, membawahi :
1)
Senior Manajer Manajemen Resiko dan Jaminan Mutu :
a) Asisten Manajer Resiko
b)
Asisten Manajer Jaminan Mutu dan K3
2) Senior Manajer Aneka Usaha :
a) Asisten Manajer Properti
b) Asisten Manajer Rupa-Rupa Usaha
3) Senior Manajer Pelayanan Terminal :
a) Asisten Manajer Terminal Wilayah I
b) Asisten Manajer Terminal Wilayah II
c) Asisten Manajer Terminal Wilayah III
4) Senior Manajer Pelayanan Kapal :
a)
Asisten Manajer Pelayanan Kapal Wilayah I
b)
Asisten Manajer Pelayanan Kapal Wilayah II
c)
Asisten Manajer Pelayanan Kapal Wilayah III
d.
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Usaha :
1) Senior Manajer Teknologi Informasi :
a)
Asisten Manajer Pengembangan dan Penerapan Aplikasi
b)
Asisten Manajer Perangkat Keras, Jaringan dan Penyajian
Data
2) Senior Manajer Teknik :
a)
Asisten Manajer Bina Program dan Rancang Bangun
b) Asisten Manajer Survey dan Pengerukan
c)
Asisten Manajer Alat Bongkar Muat dan Instalansi
d)
Asisten Manajer Alat Apung dan Telkom
3) Senior Manajer Pengembangan Usaha :
a) Asisten Manajer Kerjasama Usaha
b) Asisten Manajer Perencanaan dan Pengembangan
4) Senior Manajer Pemasaran :
a) Asisten Manajer Pemasaran Pelabuhan
b) Asisten Manajer Pemasaran Perusahaan
e. Kepala Biro Hukum :
1)
Asisten Kepala Biro Hukum Bidang Peraturan Perusahaan dan
bantuan Hukum
2)
Asisten Kepala Biro Hukum Bidang Perikatan Perusahaan
f. Kepala Biro Logistik :
1)
Asisten Kepala Biro Logistik Bidang Perencanaan dan Administrasi
Logistik
2)
Asisten Kepala Biro Logistik Bidang Pelaksanaan Pengadaan
g. Corporate Secretary :
1) Asisten Corporate Secretary Bidang Humas dan Hubungan
Internasional
2) Asisten Corporate Secretary Bidang Kelembagaan dan Anak
Perusahaan
h. Kepala Satuan Pengawasan Intern :
1) Pengawas Bidang Operasi dan PPU
2) Pengawas Bidang Keuangan
3)
Pengawas Bidang PUM, CS, Hukum dan Logistik
Bagan
Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia III Surabaya (Terlampir).
4.
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Instansi
a.
Kedudukan
PT. (PERSERO) PELINDO III Surabaya
PT. (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III Surabaya yang selanjutnya dalam keputusan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 1991,
maka pada tanggal 1 Desember 1992, bersamaan dengan perusahaan Umum Pelabuhan
lainnya berubah status menjadi Badan Hukum PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia
III dengan wilayah usaha yang sama dengan sebelumnya, kecuali Timor Timur.
b.
Tugas Pokok dan Fungsi PT. (PERSERO) PELINDO III Surabaya
Kantor PT. (PERSERO) PELINDO III Surabaya mempunyai tugas dan fungsi di bidang
penyelenggaraan jasa pelabuhan, yang kewenangannya masih melekat pada
pemerintah sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Adapun tugas pokok dan fungsi PT.
(PERSERO) PELINDO
III Surabaya antara lain sebagai berikut :
1)
Penyediaan Jasa Fasilitas Dasar (Infrastruktur):
a) Perairan dan kolam pelabuhan ;
b)
Dermaga untuk tambat kapal dan bongkar muat kargo dan
penumpang ;
c)
Tanah dan bangunan di pelabuhan ;
d)
Jaringan jalan, saluran pembuangan air, penerangan.
2) Penyediaan Jasa Pelayanan (Services):
a) Jasa pemanduan atau penundaan ;
b)
Jasa terminal bongkar muat kargo dan penumpang ;
c)
Jasa penyediaan peralatan bongkar muat ;
d) Jasa supplay air kapal, listrik, dan BBM ;
e)
Jasa teknologi informasi atau informasi pelayanan pelabuhan;
f)
Jasa pencegahan pemadam bahaya kebakaran ;
g) Jasa survey dan tally muatan.
3) Jasa Penunjang Pelabuhan (Port Related Services):
a) Perkantoran dan Bank ;
b)
Distribusi kargo atau pusat konsolidasi (Storage,
Tanki, dll)
c) Depo kontainer, maintenance dan services ;
d) Pemeliharaan peralatan bungkar muat ;
e) Rumah Sakit Pelabuhan ;
f) Truck Parking Services.
5.
Sistem Kerja PT. (PERSERO) PELINDO III Surabaya
PT.
(PERSERO) PELINDO III Surabaya dalam memberikan pelayan jasa kepelabuhan pada
dasarnya memberikan pelayanan selama 24 jam termasuk hari libur, maka bagi
pegawai yang bekerja pada unit-unit operasional yang kegiatannya menggunakan
jam kerja shift, dan diatur dalam jadwal yang ditetapkan oleh pimpinan
masing-masing Cabang Pelabuhan atau Kepala Unit setempat untuk disesuaikan
dengan kondisinya dan Cabang pelabuhan yang menggunakan jam kerja shift, juga
diatur sedemikian rupa untuk menggunakan system tigas shift dengan empat grup,
dengan demikian tetap memberikan waktu libur satu grup walaupun bukan hari
libur resmi.
Bagi Cabang
Pelabuhan yang karena kondisi daerahnya hendak menetapkan jam kerja menyimpang
dari ketentuan jam kerja tersebut diatas, harus mendapat persetujuan tertulis
dari direksi.
6.
Visi dan Misi PT. (PERSERO) PELINDO III Surabaya
PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III Surabaya adalah Badan Usaha Milik Negara di
lingkungan Sektor Perhubungan, dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab
sebagai penyelenggara pelabuhan umum diusahakan di propinsi: Jawa Tengah, jawa
Timur, bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
a.
Visi
1) Menjadikan
Pelabuhan Tanjung Perak, Tanjung Emas, dan Benoa sebagai Pelabuhan kelas dunia
(World Class Port).
2) Pelabuhan
Banjarmasin, Tanjung Intan, Kotabaru, Sampit, Kumai, Dan Gresik sebagai
Pelabuhan dengan laju pertumbuhan tinggi.
3) Dan pelabuhan
lainnya sebagai pelabuhan dengan laju pertumbuhan lokal / regional.
b.
Misi
1)
Menciptakan
nilai tambah ekonomis bagi para stakeholder
(pelanggan, pemegang saham, mitra usaha, dll) melalui kegiatan pelayanan
jasa-jasa inti kepelabuhan dan jasa-jasa lainnya dengan mempertimbangkan etika
usaha yang sehat.
2)
Turut
serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan pada umumnya, serta pembangunan dunia usaha nasional
pada khususnya, dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pelatihan
Penjenjangan Pegawai Struktural
Pelatihan penjenjangan pegawai struktural merupakan salah
satu syarat yang harus dipenuhi oleh pegawai perusahaan untuk diangkat dalam
jabatan struktural disamping syarat lain yang ditentukan dalam peraturan
perusahaan yang berlaku, adapun syarat-syarat dimaksud yaitu:
a. Menduduki jabatan struktural serendah-rendahnya 2 (dua)
tingkat lebih rendah yang ditentukan untuk jabatan yang diduduki.
b. Mempunyai pendidikan serendah-rendahnya yang
dipersyaratkan dan atau telah mengikuti pelatihan penjenjangan yang telah
dipersyaratkan.
c. Memiliki potensi yang dapat dikembangkan, telah membuat
prestasi dalam melaksanakan tugasnya, mampu menjaga baik reputasi baik bagi
dirinya maupun perusahaan.
Penetapan persyaratan
ini selain untuk menjaga obyektivitas pemilihan peserta pelatihan penjenjangan,
juga dimaksudkan untuk memilih pegawai perusahaan yang tepat yang dapat
diproyeksikan untuk menduduki jabatan-jabatan yang lebih tinggi dikemudian
hari. Untuk itu perlunya peranan tim seleksi peserta pelatihan yang bertugas
membantu Direksi dalam menentukan calon peserta pelatihan.
Pelatihan ini bersifat
selektif dan diikuti atas dasar penugasan. Oleh karena ini bukan merupakan
fasilitas yang bersifat terbuka dan dapat diminta sebagai hak, hanya pegawai
yang lulus seleksi, dapat rekomendasi dari atasannya atau telah memenuhi
persyaratan lain yang telah ditetapkan perusahaan yang dapat mengikuti
pelatihan ini, sehingga pegawai yang tidak seleksi tidak adapat rekomendasi
dari atasannya atau tidak memenuhi persyaratan lain yang telah ditetapkan oleh
perusahaan tidak dapat mengikuti pelatihan ini meskipun pada dasarnya setiap
pegawai berhak mengikuti pelatihan ini untuk memnuhi salah satu syarat untuk
kenaikan jabatan dalam jabatan struktural. Mengingat pelatihan tersebut
bersifat berjenjang, maka salah satu persyaratan untuk mengikuti pelatihan yang
lebih tinggi kepada pesertanya dipersyaratkan telah lulus dalam jenjang
pelatihan dibawahnya.
Jenjang pelatihan struktural diatur dalam
Surat Keputusan Bersama Direksi PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia I, II, III,
IV dan PT (PERSERO) Pengerukan Indonesia Nomor DL.21/7/7/P.I-98,
HK.56/3/34/PI.II-98, SKEP.54.A/KP.2.07/P.III-98 tanggal 21 Agustus 1998 tentang
kurikulum Diklat Penjenjangan Manajerial di lingkungan PT. (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia I, II, III, IV dan PT. (PERSERO) Pengerukan Indonesia.
Berikut ini adalah
macam-macam pelatihan penjenjangan struktural yang ada pada PT. (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia.
a. Pelatihan
Penjenjangan Manajer Muda
Manajer Muda adalah
pejabat struktural 3 (tiga) tingkat dibawah direksi yang menduduki jabatan 9
(sembilan) sampai 7 (tujuh). Pelatihan Penjenjangan Manajer Muda merupakan
pelatihan penjenjangan yang dipersyaratkan bagi pegawai perusahaan yang
terpilih serta memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan struktural pada kelas
jabatan 9 s.d. 7. Pelatihan ini memiliki ruang lingkup secara regional di
lingkungan perusahaan.
1) Sasaran
Sasaran pelatihan
penjenjangan Manajer Muda yaitu untuk:
a) Menciptakan pejabat yang mampu membantu atasan dalam
merumuskan kebijaksanaan dan strategi pelaksanaan program.
b) Membantu pimpinan merumuskan pemikiran secara
konsepsional.
c) Mejabarkan kebijaksanaan pimpinan dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi organisai secara efisien/efektif.
d) Menyusun program secara terkoordinasi sebagai tindak
lanjut kebijaksanaan pimpinan.
e) Menggerakkan dan menumbuhkembangkan semangat kerja
bawahannya secara terkoordinasi.
f) Menggunakan dan mengembangkan instrumen kerja untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dalam perusahaan.
g) Menyampaikan informasi baik secara lisan maupun secara
tertulis dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan.
h) Menyusun laporan pelaksanaan tugas unit kerja secara
komprehensif.
2) Persyaratan
Peserta
Peserta pelatihan
penjenjangan Manajer Muda harus memenuhi syarat:
a) Lulus seleksi yang dilakukan perusahaan atas usul atau
rekomendasi atasannya.
b) Dengan memperhatikan pengembangan karier pegawai baik
dalm jabatan struktural maupun fungsional.
c) Persyaratan
umum yang meliputi:
(1) Memiliki
potensi untuk berkembang.
(2) Memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap tugas-tugas.
(3) Berprestasi
dalm melaksanakan tugas.
(4) Sehat
jasmani maupun rohani.
(5) Memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelatihan.
(6) Menduduki jabatan streuktural serendah-rendahnya 2 (dua)
tingkat lebih rendah yang akan diduduki.
(7) Mempunyai pendidikan serendah rendahnya Sekolah Lanjutan
Tinggkat Atas atau pendidikan yang setingkat.
3) Kurikulum
Silabi
Kurikulum pelatihan penjenjangan Manajer Muda
menekankan pada kepemimpinan dan bimbingan serta penguasaan dan keterampilan
pelaksanaan pekerjaan, pengelolaan kegiatan dan program dan dalam mata
pelajaran atau subyek materi pelatihan dengan waktu maksimal 270 jam (1 jam =
45 menit) dan dikelompokkan dalam:
a) Kelompok
Pembentukan Sikap
Kelompok mata
pelajaran ini dimaksudkan untuk menanamkan, memperkuat dan meningkatkan
kepatuhan dalam melaksanakan tugas yang terdiri dari:
(1) Kepemimpinan.
(2) Teori Motivasi.
(3) Budaya Perusahaan .
(4) Dinamika Kelompok.
(5) Teknik Diskusi.
b) Kelompok
Piranti Manajemen Umum
Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk
membekali peserta di bidang Administrasi, Manajemen dalam pelaksanaa
tugas-tugas umum perusahaan secara efektif dan efisien yang terdiri dari:
(1) Dasar-dasar
Manajemen Kepelabuhan.
(2) Perencanaan
Strategik Pelabuhan (Corporate Planing).
(3) Mananemen
Mutu.
(4) Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K.3).
(5) Manajemen Pengawasan.
(6) Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).
(7) Sistem Administrasi Perkantoran (SAP).
(8) Sistem Manajemen Operasional Pelabuhan (SIMOPEL).
c) Kelompok
Substansial
Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan serta mempertajam dan penghayatan terhadap
pengaruh berbagai factor lingkungan
fisik maupun sosial terhadap perusahaan yang terdiri dari:
(1) Terminal
Konvensional.
(2) Terminal
Peti Kemas.
(3) Aneka
Usaha Pelabuhan.
(4) Fasilitas
dan Peralatan Pelabuhan.
(5) Tarif
Jasa Pelabuhan.
(6) Pengembangan
Usaha Pelabuhan.
(7) Pengerukan
Pelabuhan.
(8) Mabajemen
Keuangan.
(9) Manajemen
Akutansi.
(10) Penganggaran
(Budgeting).
(11) Pengembangan
Sumber Daya Manusia.
(12) Pelatihan dan Pembinaan Tata Tertib Kerja.
(13) Administrasi dan Pembinann Personalia.
(14) Organisasi dan Tata Kerja.
(15) Serikat Pekerja Pelabuhan Indonesia III.
(16) Dasar-dasar Bisnis Maritim.
(17) Multimoda
Transpor.
d) Kelompok Keterampilan Praktis
(1) Kertas Kerja Perorangan Rencana Kerja (KKPRK).
(2) Kertas Kerja Tema Kelompok (KKY).
(3) Studi Banding (kunjungan lapangan).
b. Pelatihan
Penjenjangan Manajer Madya
Manajer Madya adalah
pejabat struktural 2 (dua) tingkat dibawah direksi yang menduduki kelas jabatan
6 (enam) sampaidengan 5 (lima). Pelatihan Penjenjangan Manajaer Madya merupakan
pelatihan penjenjangan yang dipersyaratkan bagi pegawai perusahaan yang
terpilih serta memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan struktural pada kelas
jabatan 6 s.d 5. Pelatihan ini mempunyai ruang lingkup secara sub sektor
perhubungan laut yang terkait dengan perusahaan.
1) Sasaran
Sasaran pelatihan
penjenjangan Manajer Madya yaitu untuk:
a) Membantu atasan dalam merumuskan kebijaksanaan,
strategi dan program perusahaan.
b) Membantu pimpinan merumuskan pemikiran secara
konsepsional dalam lingkup regional, nasional maupun internasional.
c) Menjabarkan kebijaksanaan teknis dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi organisasi secara efisien dan efektif.
d) Menyusun program secara terkoordinasi sebagai tindak
lanjut kebijaksanaan teknis.
e) Menggerakkan dan menumbuhkembangkan semangat kerja
bawahan dalam melaksanakan tugas dan fungsi unit organisasi secara
terkoordinasi.
f) Menyusun laporan pelaksanaan tugas uint kerja secara
komprehensif.
2) Persyaratan
Peserta
Peserta pelatihan penjenjangan
Manajer Madya harus memenuhi syarat:
a) Lulus seleksi yang dilakukan perusahaan atas usul atau
rekomendasi atasannya dengan memperhatikan pengembangan karier pegawai baik
dalam jabatan struktural maupun fungsional.
b) Persyaratan
umum yang meliputi:
(1) Memiliki
potensi untuk berkembang.
(2) Memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap tugas-tugas.
(3) Berprestasi
dalam melaksanakan tugas.
(4) Mampu menjaga reputasi diri dalam instansinya.
(5) Sehat
jasmani maupun rohani.
(6) Memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelatihan.
(7) Menguasai bahasa inggris tingkat menengah.
(8) Menduduki jabatan struktural serendah-rendahnya 2 (dua)
tingkat lebih rendah yang ditentukan untuk jabatan struktural yang akan
diduduki.
(9) Mempunyai pendidikan serendah-rendahnya Diploma 3 (D.III)
atau pendidikan lainnya yang setingkat.
3) Kurikulum
Silabi
Kurikulum pelatihan
penjenjangan Manajer Madya menekankan pada kepemimpinan dan bimbingan serta
penguasaan pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan pekerjaan, pengelolaan
kegitan dan program dan dalam mata pelajaran atau subyek materi pelatihan
dengan waktu maksimal 270 jam pelajaran (1 jam = 45 menit) dan dikelompokkan
dalam:
a) Kelompok
Pembentukan Sikap
Kelompok mata
pelajaran ini dimaksudkan untuk menanamkan, memperkuat dan meningkatkan
kepatuhan dalam melaksanakan tugas yang terdiri dari:
(1) Budaya Perusahaan.
(2) Kewirausahaan dan Inovasi.
(3) Pengambilan Keputusan.
(4) Kepemimpinan yang efektif.
(5) Simulasi teknik penerapan inovasi.
b) Kelompok Piranti Manajemen Umum
Kelomok mata
pelajaran ini dimaksudkan untuk membekali peserta di bidang Administrasi,
Manajemen dalam pelaksanaan tugas-tugas umum perusahaan secara efektif dan
efisien yang terdiri dari:
(1) Perencanaan Strategik Perusahaan (Corporate Planning).
(2) Manajemen konflik.
(3) Manajemen waktu.
(4) Indikator kinerja dan peningkatan produkvifitas.
(5) Strategi Pemasaran Pelabuhan.
(6) Teknik presentasi.
(7) Perencanaan Usaha.
(8) Hukum Bisnis.
(9) Manajemen Logistik.
(10) Audit Manajemen.
(11) Studi kelayakan proyek.
(12) Ekonomi Manajerial.
c) Kelompok Substansial
Kelompok mata
pelajaran ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan serta
mempertajam pemahaman dan penghayatan terhadap pengaruh berbagai faktor
lingkungan fisik maupun sosial terhadap perusahaan yang terdiri dari:
(1) Perencanaan dan Pengendalian Terminal Konvensional.
(2) Perencanaan dan Pengendalian Terminal Peti Kemas.
(3) Aneka Usaha Pelabuhan.
(4) Manajemen perawatan.
(5) Manajemen penanganan barang berbahaya.
(6) Manajemen resiko investasi.
(7) Tarif Pelabuhan.
(8) Teknik analisis laporan keuangan.
(9) Manajemen modal kerja.
(10) Perencanaan SDM.
(11) Pengembangan SDM.
(12) Siste balas jasa.
(13) Penilaian prestasi.
(14) Hubungan Industrial.
(15) Perilaku Organisasi.
(16) Teknik analisis pasar dan konsumen.
(17) Perencanaan pemasaran.
(18) Multi moda transport II.
(19) Sistem pengendalian manajemen.
(20) Sistem informasi manajemen.
(21) Kelompok Keterampilan Praktis
(22) Kertas Kerja Perorangan Rencana Kerja (KKPRK).
(23) Kertas Kerja Tema Subyek (KKT).
(24) Studi Banding (kunjungan lapangan).
c. Pelatihan Penjenjangan Manajer Utama
Manajer Utama
adalah pejabat struktural 1 (satu) tingkat dibawah direksi yang menduduki kelas
jabatan 4 (empat) sampai dengan 3 (tiga). Pelatihan Pemjenjangan Manajer Utama
merupakan pelatihan penjenjangan yang dipersyaratkan bagi pegawai perusahaan
yang terpilih serta memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan struktural pada
kelas jabatan 4 s.d. 3. Pelatihan ini mempunyai ruang lingkup sektor perusahaan
yang terkait dengan perusahaan.
1) Sasaran
Sasaran pelatihan
penjenjangan Manajer Utama yaitu untuk:
a) Mencetak Manajer yang mempunyai kedalam pola pikir dan
wawasan secara terpadu dalam lingkup regional, nasional maupun internasioanal.
b) Membantu pimpinan merumuskan pemikiran secara
konsepsional dalam lingkup regional, nasional maupun internasional.
c) Menjabarkan kebijaksanaan perusahaan dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi organisasi secara efisien dan efektif.
d) Menyusun program secara terkoordinasi sebagai tindak
lanjut kebijaksanaan perusahaan.
e) Menggerakkan dan menumbuh kembangkan semangat kerja
bawahan dalam melaksanakan tugas dan fungsi unit organisasi secara
terkoordinasi.
f) Menyusun laporan pelaksanaan tugas unit kerja secara
komprehensif.
2) Persyaratan Peserta
Peserta pelatihan
penjenjangan Manajer Utama harus memenuhi syarat:
a) Lulus seleksi yang dilakukan perusahaan atas usul atau
rekomendasi atasannya.
b) Dengan memperhatikan pengembangan karier pegawai baik
dalam jabatan strategis sebagai Direksi, jabatan struktural maupun fungsional.
c) Persyaratan
umum yang meliputi:
(1) Memiliki
potensi untuk berkembang.
(2) Memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap tugas-tugas.
(3) Berprestasi
dalam melaksanakan tugas.
(4) Mampu menjaga reputasi diri dalam instansinya.
(5) Sehat
jasmani maupun rohani.
(6) Memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelatihan.
(7) Menguasai bahasa inggris lisan maupun tulis.
(8) Menduduki jabatan struktural serendah-rendahnya 2 (dua)
tingkat lebih rendah yang ditentukan untuk jabatan struktural yang akan diduduki.
(9) Mempunyai pendidikan serendah-rendahnya Sarjana (S.1)
atau pendidika lainnya yang setingkat.
3) Kurikulum
Silabi
Kurikulum pelatihan penjenjanganManajer Utama
menekankan pada kemampuan dan daya pemikiran yang baik secara nasional dan
dalam mata pelajaran atau subyek materi pelatihan dengan waktu maksimal 270 jam
pelajaran (1 jam = 45 menit) dan dikelompokkan dalam:
a) Kelompok
pembentukan Sikap
Kelompok mata
pelajaran dimaksudkan untuk menanamkan, memperkuat dan meningkatkan kepatuhan
dalam meningkatkan tugas yang terdiri dari:
(1) Budaya Perusahaan.
(2) Kewirauahaan dan Inovasi.
(3) Pengambilan Keputusan.
(4) Kepemimpinan yang efektif.
(5) Teori permainan.
b) Kelompok
Piranti Manajemen Umum
Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk
membekali peserta di bidang Administrasi, Manajemen dalam pelaksanaan
tugas-tugas umum perusahaan secara efektif dan efisien yang terdiri dari:
(1) Perencanaan
Strategik Perusahaan (Corporate Planning).
(2) Perekonomian
Indonesia.
(3) Perdagangan
Internasional.
(4) Indikator
Ekonomi.
(5) Aliansi
Strategis.
(6) Pasar modal dam pasar uang.
(7) Corporate re-enginering.
(8) Strategic Banchmarking.
c) Kelompok
Substansial
Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan serta mempertajam pemahaman dan penghayatan
terhadap pengaruh berbagai faktor lingkungan fisik maupun sosial terhadap
perusahaan yang terdiri dari:
(1) Perencanaan Pelabuhan (Port Planning).
(2) Bisnis internasional / Pemasaran satrategik.
(3) Manajemen investasi dan portofolio.
(4) Strategi SDM.
(5) Perencanaan dan Pengembangan Organisasi.
(6) Perenvanaan dan Pengembangan Multimoda Transport.
(7) Sistem Informasi eksekutif.
d) Kelompok Ketrampilan Praktis
(1) Kertas Kerja Perorangan Rencana Kerja (KKPRK).
(2) Kertas Kerja Tema Subyek (KKT).
(3) Studi Banding (kunjungan lapangan).
PT. (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia III hanya melaksanakan sebagian langkah dari keseluruhan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam pendidikan dan pelatihan.
Sebagian langkah yang dilaksanakan oleh PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
dalam pelatihan penjenjangan untuk pegawai struktural yaitu : identifikasi
kebutuhan pelatihan, kebutuhan pelatihan dan penetapan sasaran pelatihan
Identifikasi kebutuhan pelatihan ditandai dengan
jumlah pegawai yang mutasi, pensiun dan pegawai yang meninggal dunia. Kebutuhan
akan pelatihan didasarkan pada peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan pegawai guna menjawab tantangan di masa sekarang dan di masa yang
akan datang dan pembekalan pegawai sebelum menempati suatu jabatan tertentu.
Sedangkan penetapan sasaran pelatihan berikut kriteria masing-masing jenjang
pelatihan telah diuraikan pada pembahasan diatas.
Sebagian langkah yang belum dilaksanakan oleh PT.
(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III dalam pelatihan penjenjangan untuk pegawai
struktural adalah materi pelatihan, metode pelatihan dan evaluasi pelatihan.
PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III menyerahkan sebagian langkah tersebut
kepada Pusdiklat yang ditempati yaitu Balai Diklat milik PT. (PERSERO)
Pelabuhan Indonesia II yang bertempat di Jakarta karena selain lebih
profesional di bidangnya juga dapat menghindarkan penilaian pegawai secara
subjektif.
C. Kendala Yang Dihadapi
Beberapa hambatan
yang mengganggu proses pelaksanaan diklat adalah sebagai berikut:
a. PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III tidak mempunyai
gedung diklat sendiri. Dengan kondisi seperti ini akan menyulitkan manajemen
kepegawaian dalam membuat jadwal diklat, karena harus menyesuaikan dengan
jadwal pusdiklat yang akan ditempati.
b. Kurangnya kesadaran peserta untuk bersikap disiplin
selama pelaksanaan diklat berlangsung. Masih banyak tindakan-tindakan
indisipliner yang dilakukan oleh peserta pelatihan seperti sering terlambat
masuk dan sering ijin untuk tidak mengikuti pelatihan. Kondisi seperti ini
jelas sangat mengganggu pelaksanaan diklat selain peserta kurang memahami
materi pelatihan, hasil yang ingin dicapaipun tidak maksimal.
c. Anggaran diklat yang di berikan oleh perusahaan
terlalu kecil. Oleh karena itu, manajemen kepegawaian harus benar-benar bisa
menyesuaikan kebutuhan diklat dengan anggaran yang tersedia agar pelaksanaan diklat dapat berjalan
sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Beberapa faktor yang menyebabkan
kecilnya jumlah anggaran untuk diklat yang diberikan oleh perusahaan adalah kurang perhatiannya perusahaan
terhadap diklat dan menyesuiakan terhadap kondisi keuangan perusahaan.
D. Solusi
Solusi yang yang diberikn oleh PT. (PERSERO) Pe;abuhan
Indonesia III guna mengatasi kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut:
a. Solusi
mengenai tidak tersedianya gedung diklat sendiri belum ada langkah pasti,
sampai saat ini pihak manajemen kepegawaian belum mempunyai rencana untuk
membangun gedung diklat sendiri.
b. Manajemen kepegawaian dalam mengatasi masalah
tentang tindakan indisipliner yang dilakukan peserta pelatihan yaitu dengan
memberikan sanksi yang tegas, dengan ini diharapkan agar pegawai merasa takut
dan jera untuk melakukan tindakan indislipiner dan akan melaksanakan program
pelatihan dengan sungguh-sungguh.
c. Solusi
yang diberikan manajemen kepegawaian untuk mengatasi masalah kecilnya anggaran
yang diberikan perusahaan untuk pelaksanaan diklat yaitu dengan menggunakan
dana diklat yang tersedidia apa adanya, dan meminimalisir anggaran konsumsi
(disederhanakan).
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun beberapa
simpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme
pelaksanaan diklat di PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III berjalan sesuai
dengan aturan yang berlaku, yang meliputi ; Pelatihan
Penjenjangan Manajer Muda, Pelatihan Penjenjangan Manajer Madya, dan Pelatihan
Penjenjangan Manajer Utama. Tiap-tiap Pelatihan Penjenjangan Mempunyai kriteria
(sasaran, persyaratan peserta, kurikulum silabi dan lain-lain) masing-masing.
Semakin tinggi jabatan yang akan diduduki semakin berat pula kriteria yang
harus dipenuhi.
2. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
diklat adalah sebagai berikut:
a. PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III menggunakan
gedung diklat milik instansi lain dalam melaksanakan diklat sehingga jadwal
diklat disesuaikan dengan jadwal luang di tempat diklat yang digunakan.
b. Masih banyak tindakan indipliner yang dilakukan oleh
peserta pelatihan.
c. Anggaran yang disediakan oleh perusahaan untuk
keperluan diklat terlalu kecil.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
a. PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III sebaiknya segera
membangun gedung diklat sendiri. Selain untuk memperlancar pelaksanaan diklat juga membantu manajemen kepegawaian
dalam pembuatan jadwal. Selain itu juga dengan adanya gedung diklat sendiri,
perusahaan juga bisa mengambil keuntungan dengan cara menyewakannya. Apabila
kondisi keuangan tidak memungkinkan untuk membangun gedung diklat sendiri,
perusahaan bisa menyiasatinya dengan meminta bantuan kepada pemerintah atau
bekerja sama dengan instansi lain agar beban biaya yang ditanggung tidak
terlalu besar.
b. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendisplinkan
peserta pelatihan adalah dengan membuat aturan dan sanksi yang tegas. Dengan
demikian peserta akan merasa takut untuk melakukan tindakan indisipliner yang
dapat mengganggu jalannya diklat dan akan melaksanakan semua kegiatan diklat
dengan baik.
c. Menyadari betapa pentingnya peranan diklat sebagai salah
satu sarana untuk menciptakan SDM yang berkualitas, PT. (PERSERO) Pelabuhan
Indonesia III seharusnya memberikan perhatian khusus terhadap diklat. Salah
satunya dengan cara memberikan dana yang cukup yang sesuai dengan kebutuhan
diklat. Dengan dana yang cukup yang sesuai dengan kebutuhan diklat maka akan
menjamin kelancaran pelaksanaan diklat dan hasil yang dicapaipun akan maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar